Pengembangan Kurikulum SD
a. Konsep dasar kurikulum
1. Kurikulum menurut saya adalah rencana, petunjuk dan pedoman yang digunakan dalam pendidikan. Kurikulum berisikan tujuan pendidikan yang ingin dicapai dengan isi yang disesuaikan dengan tujuan serta metode yang digunakan dalam penyampaiannya. Evaluasi untuk menguji apakah tujuan yang terdapat dalam kurikulum dapat tercapai atau belum. Kurikulum sebagai suatu ide/konsep, rencana yang menjadi panduan dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar serta kurikulum sebagai hasil belajar yang menjadi ukuran keberhasilan pendidikan.
2. Jika sebuah lembaga pendidikan dalam pembelajaran tidak mengggunakan kurikulum.
• Pendidikan tidak akan mampu menyesuaiakan dengan lingkungan masyarakat. Dengan kurikulum akan mampu menciptakan individu yang bisa menyesuaikan dengan kondisi masyarakat. Pendidikan akan mamapu mengimbangi kondisi masyarakat yang dinamis.
• Tidak akan terpadu antara individu atau individu dengan masyarakat. Karena tanpa kurikulum tidak ada hubungan yang harmonis, kerjasama serta pemecahan masalah cenderung diselesaikan sendiri. Tak ada integrasi anatara pendidikan dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
• Potensi yang ada dalam peserta didik kurang dapat dikembangkan, tanpa kurikulum keunikan peserta didik akan terabaikan. Dengan kurikulum akan mampu mendorong peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif.
• Peserta didik tidak akan memilki persiapan untuk hidup ditengah kehidupan sosial, pendidikan yang diperoleh tidak memeberikan pengalaman-pengalaman yang digunakan untuk bekal hidup bermasyarakat.
• Tugas perkembangan peserta didik tidak berkembang dengan baik dan lancar. Pelayanan terhadap kebutuhan anak tidak akan bisa tepat dan maksimal, sehingga pengembangan bakat dan minat peserta didik kurang.
• Pendidikan tidak akan mampu menemukan kelemahan yang dialami lewat ujian. Tanpa kurikulum akan menebabkan peserta didik tidak mampu memahami dirinya, mengarahkan dirinya, mengembangangkan diri dan menysesuaikan dengan masyarakat.
3. Kelebihan dan kelemahan penerapan model pembelajaran yang berorientasi kepada hak azazi anak.
Kelebihan:
Kelemahan:
4. Perdebatan eksistensi kurikulum dan pembelajaran selama ini iabarat mempertanyakan lebih dahulu mana antara telor dengan ayam. Sebenarnya keduanya merupakan dua hal yang berhubungan, seperti dua sisi mata uang. Kurikulum akan membantu pendidikan lebih terprogram dengan baik karena di dalamnya akan direncanakan dan ditentukan isi untuk memenuhi tujuan pembelajaran yang diinginkan. Sedangkan pembelajaran sendiri menjadikan proses penentuan kurikulum yang itu lebih baik, karena dalam pembelajaran berarti ada praktek langsung dari kurikulum tersebut dan bisa dideteksi kelebihan dan kekurangannya. Dan bisa dicarikan jalan keluar untuk dapat memeperbaiki kurikulum tersebut agar menjadi lebih sempurna. Keduanya salin terkait dan saling mempengaruhi dan keduanya juga sama-sama penting, seperti soal di atas (A.2) kurikulum memiliki fungsi untuk menuangkan ide atau konsep dan menjabarkan dalam bentuk yang lebih mudah dilaksanakan dan dipahami dalam proses pembelajaran.
b. Langkah-langkah untuk mengembangkan Muatan lokal.
1. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah.
Menelaah dan mendata keadaan dan kebutuhan daerah, dan data dapat diperoleh dari bappeda, instasi, perguruan tinggi, badan uasaha atau industri dan lembaga sosial masyarakat. Sehingga akan dikethaui potensi dari daerah baik meliputi sosial, ekonomi, budaya dan kekayaan alam.
2. Mengidentifikasi fungsi dan komposisi mata pelajaran.
Dari potensi yang ada maka dapat menentukan pemenuhan untuk mengembangak potensi tersebut. Misalnya denan melestariakan budaya dan mengembangkannya, meningkatkan ketrampilan, berwiraswasta, atau pengguasaan bahasa inggris.
3. Menentukan bahan kajian muatan lokal.
Mengkaji kemungkinan muatan lokal yang mungkin untuk diangkat, sebagai bahan kajian, dalam mengembangakan kajian muatan lokal harus memperhatiakan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa, kemempuan guru, tersedaianya sarana, dll.
4. Menyusun GBPP atau silabus muatan lokal dan perangkat kurikulum muatan lokal lainnnya.
Yang dalam langkahnya juga melalkukan bebrapa langkah lanjutan yaitu:
Menentukan tujuan dan kompetensi pembelajaran
Menentukan sub pokok bahasan
Mengorganisasi materi atau bahan kajian muatan lokal ke dalam satuan pendidikan, kelas, semester.
c. Langkah-langkah untuk mengembangkan sekolah inklusif:
1. Menentuan kurikulum.
Kurikulum pendidikan inklusif adalah kurikulum nasional dan kurikulum lokal, dengan penekanan pada materi esensial dan dikembangkan melalui sistem pembelajaran yang dapat memacu dan mewadahi integritas antara pengembangan spiritual, logika, etika, dan estetika serta dapat mengembangkan kemampuan berfikir holistik, kreatif, sistematik, linear, dan konvergen untuk memenuhi tuntutan masa kini dan yang akan datang sesuai dengan kadar potensi masing-masing siswa.
2. Menentukan Struktur program (jumlah jam setiap mata pelajaran)
Untuk semua kelas dan semua sekolah sama, hanya perbedaannya terletak pada waktu penyelesaian kurikulum tersebut lebih dipercepat atau diperlambat sesuai kondisi sekolah masing-masing. Percepatan atau perlambatan tersebut didasarkan pada kemampuan siswa dalam menguasai kompetensi isi kurikulum dan mengefektifkan sistem pembelajaran dengan mengurangi pembahasan materi yang tidak esensial.
3. Melakukan Pendekatan PBM diarahkan kepada terwujudnya proses belajar tuntas.
Selain itu strategi pembelajaran diarahkan untuk dapat memacu siswa aktif dan kreatif sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan masing-masing, dengan memperhatikan keselarasan dan keseimbangan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, pengembangan kreatifitas, disiplin, pengembangan persaingan dan kerjasama, pengembangan kemampuan holistik, pengembangan berpikir elaborasi, pelatihan berpikir induktif dan deduktif, serta pengembangan IPTEK dan IMTAQ secara terpadu.
Dalam pelaksanaan PBM, guru menekankan kepada hal-hal sebagai berikut:
(1) Pelayanan individual (bukan klasikal).
(2) Menggunakan buku paket, buku pelengkap, buku referensi, dan modul.
(3) Menggunakan LKS yang dibuat sendiri.
(4) Menggunakan media audio visual (multi media).
(5) Menggunakan sarana laboratorium (lab. Kimia, lab. Fisika, Lab. Bahasa, Lab. Komputer, dan internet) sesuai dengan kebutuhan atau laboratorium alam (misalnya : kebun, sawah, dsb) sesuai kondisi sekolah.
(6) Melakukan kunjungan ke objek-objek tertentu yang sesuai dengan mata pelajaran yang sedang dipelajari.
(7) Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar di luar kegiatan sekolah formal melalui media lain, misalnya GPK, radio, televisi, internet/komputer, wawancara pakar, kunjungan ke musium, dan sebagainya.
1. Kurikulum menurut saya adalah rencana, petunjuk dan pedoman yang digunakan dalam pendidikan. Kurikulum berisikan tujuan pendidikan yang ingin dicapai dengan isi yang disesuaikan dengan tujuan serta metode yang digunakan dalam penyampaiannya. Evaluasi untuk menguji apakah tujuan yang terdapat dalam kurikulum dapat tercapai atau belum. Kurikulum sebagai suatu ide/konsep, rencana yang menjadi panduan dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar serta kurikulum sebagai hasil belajar yang menjadi ukuran keberhasilan pendidikan.
2. Jika sebuah lembaga pendidikan dalam pembelajaran tidak mengggunakan kurikulum.
• Pendidikan tidak akan mampu menyesuaiakan dengan lingkungan masyarakat. Dengan kurikulum akan mampu menciptakan individu yang bisa menyesuaikan dengan kondisi masyarakat. Pendidikan akan mamapu mengimbangi kondisi masyarakat yang dinamis.
• Tidak akan terpadu antara individu atau individu dengan masyarakat. Karena tanpa kurikulum tidak ada hubungan yang harmonis, kerjasama serta pemecahan masalah cenderung diselesaikan sendiri. Tak ada integrasi anatara pendidikan dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
• Potensi yang ada dalam peserta didik kurang dapat dikembangkan, tanpa kurikulum keunikan peserta didik akan terabaikan. Dengan kurikulum akan mampu mendorong peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif.
• Peserta didik tidak akan memilki persiapan untuk hidup ditengah kehidupan sosial, pendidikan yang diperoleh tidak memeberikan pengalaman-pengalaman yang digunakan untuk bekal hidup bermasyarakat.
• Tugas perkembangan peserta didik tidak berkembang dengan baik dan lancar. Pelayanan terhadap kebutuhan anak tidak akan bisa tepat dan maksimal, sehingga pengembangan bakat dan minat peserta didik kurang.
• Pendidikan tidak akan mampu menemukan kelemahan yang dialami lewat ujian. Tanpa kurikulum akan menebabkan peserta didik tidak mampu memahami dirinya, mengarahkan dirinya, mengembangangkan diri dan menysesuaikan dengan masyarakat.
3. Kelebihan dan kelemahan penerapan model pembelajaran yang berorientasi kepada hak azazi anak.
Kelebihan:
- Semua hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak akan terwujud, karena tanapa membeda-bedakan semua pendidikan diberikan kepada seluruh anak.
- Tidak ada jurang pemisah antara anak, karena semua diberi pelayanan yang sama sesuai dengan kebutuhannya.
- Terjadi hubungan yang harmonis antara peserta didik (anak) karena mereka dapat bekerja sama dan berinteraksi dalam pendidikan yang baik.
- Menguatkan mereka yang lemah dan menjadikan tidak sombongmereka yang lebih, semuanya akan dapat memahami dirinya sendiri-sendiri yang memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri.
Kelemahan:
- Kesulitan untuk mengembangkan model pembelajaran, karena heterogennya peserta didik.
- Membutuhkan lebih banyak waktu dan tenaga untuk mengembangakannya.
- Rentan terjadi ketidak puasan jika sedikit saja kebutuhan tidak dipenuhi.
4. Perdebatan eksistensi kurikulum dan pembelajaran selama ini iabarat mempertanyakan lebih dahulu mana antara telor dengan ayam. Sebenarnya keduanya merupakan dua hal yang berhubungan, seperti dua sisi mata uang. Kurikulum akan membantu pendidikan lebih terprogram dengan baik karena di dalamnya akan direncanakan dan ditentukan isi untuk memenuhi tujuan pembelajaran yang diinginkan. Sedangkan pembelajaran sendiri menjadikan proses penentuan kurikulum yang itu lebih baik, karena dalam pembelajaran berarti ada praktek langsung dari kurikulum tersebut dan bisa dideteksi kelebihan dan kekurangannya. Dan bisa dicarikan jalan keluar untuk dapat memeperbaiki kurikulum tersebut agar menjadi lebih sempurna. Keduanya salin terkait dan saling mempengaruhi dan keduanya juga sama-sama penting, seperti soal di atas (A.2) kurikulum memiliki fungsi untuk menuangkan ide atau konsep dan menjabarkan dalam bentuk yang lebih mudah dilaksanakan dan dipahami dalam proses pembelajaran.
b. Langkah-langkah untuk mengembangkan Muatan lokal.
1. Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerah.
Menelaah dan mendata keadaan dan kebutuhan daerah, dan data dapat diperoleh dari bappeda, instasi, perguruan tinggi, badan uasaha atau industri dan lembaga sosial masyarakat. Sehingga akan dikethaui potensi dari daerah baik meliputi sosial, ekonomi, budaya dan kekayaan alam.
2. Mengidentifikasi fungsi dan komposisi mata pelajaran.
Dari potensi yang ada maka dapat menentukan pemenuhan untuk mengembangak potensi tersebut. Misalnya denan melestariakan budaya dan mengembangkannya, meningkatkan ketrampilan, berwiraswasta, atau pengguasaan bahasa inggris.
3. Menentukan bahan kajian muatan lokal.
Mengkaji kemungkinan muatan lokal yang mungkin untuk diangkat, sebagai bahan kajian, dalam mengembangakan kajian muatan lokal harus memperhatiakan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa, kemempuan guru, tersedaianya sarana, dll.
4. Menyusun GBPP atau silabus muatan lokal dan perangkat kurikulum muatan lokal lainnnya.
Yang dalam langkahnya juga melalkukan bebrapa langkah lanjutan yaitu:
Menentukan tujuan dan kompetensi pembelajaran
Menentukan sub pokok bahasan
Mengorganisasi materi atau bahan kajian muatan lokal ke dalam satuan pendidikan, kelas, semester.
c. Langkah-langkah untuk mengembangkan sekolah inklusif:
1. Menentuan kurikulum.
Kurikulum pendidikan inklusif adalah kurikulum nasional dan kurikulum lokal, dengan penekanan pada materi esensial dan dikembangkan melalui sistem pembelajaran yang dapat memacu dan mewadahi integritas antara pengembangan spiritual, logika, etika, dan estetika serta dapat mengembangkan kemampuan berfikir holistik, kreatif, sistematik, linear, dan konvergen untuk memenuhi tuntutan masa kini dan yang akan datang sesuai dengan kadar potensi masing-masing siswa.
2. Menentukan Struktur program (jumlah jam setiap mata pelajaran)
Untuk semua kelas dan semua sekolah sama, hanya perbedaannya terletak pada waktu penyelesaian kurikulum tersebut lebih dipercepat atau diperlambat sesuai kondisi sekolah masing-masing. Percepatan atau perlambatan tersebut didasarkan pada kemampuan siswa dalam menguasai kompetensi isi kurikulum dan mengefektifkan sistem pembelajaran dengan mengurangi pembahasan materi yang tidak esensial.
3. Melakukan Pendekatan PBM diarahkan kepada terwujudnya proses belajar tuntas.
Selain itu strategi pembelajaran diarahkan untuk dapat memacu siswa aktif dan kreatif sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan masing-masing, dengan memperhatikan keselarasan dan keseimbangan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, pengembangan kreatifitas, disiplin, pengembangan persaingan dan kerjasama, pengembangan kemampuan holistik, pengembangan berpikir elaborasi, pelatihan berpikir induktif dan deduktif, serta pengembangan IPTEK dan IMTAQ secara terpadu.
Dalam pelaksanaan PBM, guru menekankan kepada hal-hal sebagai berikut:
(1) Pelayanan individual (bukan klasikal).
(2) Menggunakan buku paket, buku pelengkap, buku referensi, dan modul.
(3) Menggunakan LKS yang dibuat sendiri.
(4) Menggunakan media audio visual (multi media).
(5) Menggunakan sarana laboratorium (lab. Kimia, lab. Fisika, Lab. Bahasa, Lab. Komputer, dan internet) sesuai dengan kebutuhan atau laboratorium alam (misalnya : kebun, sawah, dsb) sesuai kondisi sekolah.
(6) Melakukan kunjungan ke objek-objek tertentu yang sesuai dengan mata pelajaran yang sedang dipelajari.
(7) Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar di luar kegiatan sekolah formal melalui media lain, misalnya GPK, radio, televisi, internet/komputer, wawancara pakar, kunjungan ke musium, dan sebagainya.