Cerita Lain di Balik Ujian Nasional Sekolah Dasar
Ujian Nasional tingkat SD memang sudah berakhir, mulai tanggal 10 Mei sampai 12 Mei anak-anak SD melaksanakan Ujian Nasional, mengerjakan soal-soal Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA. Ujian Nasional adalah satu bentuk dari evaluasi pengajaran. Pada dasarnya implikasi dari sebuah evaluasi itu adalah proses yang terus menerus yang dari awal pengajaran sampai akhir pengajaran. Proses evaluasi senantiasa diarahkan untuk memperbaiki pengajaran. Artinya Ujian Nasional tidak menjadi satu dasar saja pengambilan keputusan, tetapi juga didasarkan pada hasil belajar sebelumnya. Oleh sebab itu hasil belajar di kelas 4, 5, dan 6 menjadi dasar Sekolah memberikan kelulusan. Dari hasil Ujian Nasional tidak akan hanya sebagai dasar siswa dikatakan lulus atau tidak tetapi juga sebagai parameter keberhasilan pengajaran yang dilakukan oleh penyelenggara pendidikan yang akan jadi dasar pengambilan keputusan untuk tindak lanjut.
Salah satu tujuan pendidikan di SD adalah membekali anak untuk bisa melanjutkan ke jejang berikutnya yaitu SMP. Setelah dipusingkan dengan Ujian Nasional kini anak harus berjuang lagi untuk masuk ke SMP. Pada dasarnya semua anak SD ingin melanjutkan ke SMP yang berkualitas, baik itu yang berlabel favorit maupun RSBI. Karena banyaknya yang berminat, sedang kursi yang tersedia terbatas sudah barang tentu diadakan seleksi untuk bisa masuk SMP tersebut. Lagi-lagi anak harus mengerjakan soal seleksi yang akan menentukan apakah dia diterima atau tidak. Program wajib belajar 9 tahun mengamanatkan semua lulusan SD bisa masuk ke SMP. Sehingga tidak alasan penyelenggara tingkat SMP untuk tidak menerima.
Cerita lain yang muncul di balik Ujian Nasional tingkat SD adalah Media jadi menyorot tentang pendidikan Sekolah Dasar. Banyak kejadian yang menjadi bahan berita, khususnya televisi. Seperti yang diketahui, pendidikan tingkat SD berbeda dengan jenjang-jenjang atasnya. SD lebih banyak dan menyebar diberbagai pelosok daerah di Indonesia. Lokasi yang memang berbeda dan tertinggal bisa menjadi berbeda dalam menikmati pendidikan. Selain itu sarana dan prasarana pun menjadi hambatan dan tantangan tersendiri. Ada berita yang mengabarkan untuk ikut ujian nasional harus berangkat pagi-pagi, menempuh jalan yang jauh dengan jalan kaki. Bahkan ada yang harus melewati sungai tanpa jembatan atau lewat seutas tali. Ada juga berita yang mengakabarkan oknum guru yang bertindak kasar pada anak berkebutuhan khusus karena dia terlambat masuk ujian.
Ujian Nasional membawa banyak cerita, bagi anak, guru dan pemerintah sebagai penyelenggara pendidikan. Pada tingkatan inilah semua mulai terbentuk, pendidikan Sekolah Dasar membekali anak untuk menerima lebih banyak ilmu pengetahuan yang kelak akan dikembangkannya. Cerita bahwa keberhasilan itu bisa diukur, salah satunya dengan evaluasi yang terus menerus dengan berbagai cara. Cerita tentang pendidikan yang harus dinikmati semua anak dengan standar dan kualitas yang sama. Evaluasi dengan Ujian Nasional akan menjadi dasar untuk mengambil keputusan dalam melaksanakan tindak lanjut, dan penanganan masalah yang terjadi di pendidikan tingkat Sekolah Dasar. Cerita mereka adalah cerita bangsa ini.
Salah satu tujuan pendidikan di SD adalah membekali anak untuk bisa melanjutkan ke jejang berikutnya yaitu SMP. Setelah dipusingkan dengan Ujian Nasional kini anak harus berjuang lagi untuk masuk ke SMP. Pada dasarnya semua anak SD ingin melanjutkan ke SMP yang berkualitas, baik itu yang berlabel favorit maupun RSBI. Karena banyaknya yang berminat, sedang kursi yang tersedia terbatas sudah barang tentu diadakan seleksi untuk bisa masuk SMP tersebut. Lagi-lagi anak harus mengerjakan soal seleksi yang akan menentukan apakah dia diterima atau tidak. Program wajib belajar 9 tahun mengamanatkan semua lulusan SD bisa masuk ke SMP. Sehingga tidak alasan penyelenggara tingkat SMP untuk tidak menerima.
Cerita lain yang muncul di balik Ujian Nasional tingkat SD adalah Media jadi menyorot tentang pendidikan Sekolah Dasar. Banyak kejadian yang menjadi bahan berita, khususnya televisi. Seperti yang diketahui, pendidikan tingkat SD berbeda dengan jenjang-jenjang atasnya. SD lebih banyak dan menyebar diberbagai pelosok daerah di Indonesia. Lokasi yang memang berbeda dan tertinggal bisa menjadi berbeda dalam menikmati pendidikan. Selain itu sarana dan prasarana pun menjadi hambatan dan tantangan tersendiri. Ada berita yang mengabarkan untuk ikut ujian nasional harus berangkat pagi-pagi, menempuh jalan yang jauh dengan jalan kaki. Bahkan ada yang harus melewati sungai tanpa jembatan atau lewat seutas tali. Ada juga berita yang mengakabarkan oknum guru yang bertindak kasar pada anak berkebutuhan khusus karena dia terlambat masuk ujian.
Ujian Nasional membawa banyak cerita, bagi anak, guru dan pemerintah sebagai penyelenggara pendidikan. Pada tingkatan inilah semua mulai terbentuk, pendidikan Sekolah Dasar membekali anak untuk menerima lebih banyak ilmu pengetahuan yang kelak akan dikembangkannya. Cerita bahwa keberhasilan itu bisa diukur, salah satunya dengan evaluasi yang terus menerus dengan berbagai cara. Cerita tentang pendidikan yang harus dinikmati semua anak dengan standar dan kualitas yang sama. Evaluasi dengan Ujian Nasional akan menjadi dasar untuk mengambil keputusan dalam melaksanakan tindak lanjut, dan penanganan masalah yang terjadi di pendidikan tingkat Sekolah Dasar. Cerita mereka adalah cerita bangsa ini.
Ditulis oleh Kurnia Septa diterbitkan juga di Kompasiana.com