Komponen Model Contextual Teaching and Learning (CTL)
Menurut Riyanto (2009:171) model Contextual Teaching and Learning (CTL) memiliki tujuh komponen utama yaitu konstruktivisme(constructivism), inkuiri (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authetic assessment).
1) Konstruktivisme (Contrustivism)
Menurut Sanjaya (2006:264), Konstruktivisme (Constructivism) adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif berdasarkan pengalaman. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruk pengetahuan dibenak mereka sendiri. Bedasarkan dasar tersebut maka pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar.
Dalam tahap ini guru memfasilitasi dengan:a) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, b) memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan c). Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
2) Bertanya (Questioning)
Strategi uatama dalam pembelajaran kontekstual yaitu bertanya. Proses bertanya yang dilakukan siswa merupakan proses berpikir siswa dalam rangka menggali informasi, mengonfirmasikan apa yang diketahuinya, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Menurut Riyanto (2009:174) suatu pembelajaran yang produktif dalam kegiatan bertanya yaitu a) Menggali informasi baik administrasi maupun akademis, b) mengecek pemahaman siswa, c) membangkitkan respon kepada siswa, d) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, e) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, f) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru, g) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, dan h) untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
Dalam kegiatan pembelajaran kegiatan tanya jawab dilakukan siswa dan guru sebagai umpan balik pengetahuan dan pemberian kesempatan kepada siswa untuk berpikir secar kritis dan mengevaluasi cara berpikir siswa.
3) Inkuiri (Inquiry)
Proses pembelajaran yang dilakukan siswa proses menemukan (Inquiry) yaitu proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri.
Proses inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan ketrampilan siswa diharapkan bukan dari mengingat fakta-fakta tetapi hasil dari temuan sendiri baik dari pengetahuannnya sendiri, dalam kegiatan sehari-hari atau kegiatan yang lain. Menurut Sanjaya (2006:265) bahwa proses inkuiry dapat dilakukan melalui beberapa langkah yaitu a). merumuskan masalah, b) mengajukan hipotesis, c) mengumpulkan data, d) menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan, dan e) membuat kesimpulan.
4) Masyarakat Belajar (Learning Community)
Proses pembelajaran yang diperoleh dari bekerja sama dengan orang lain baik dengan teman sebaya , guru, maupun lingkungannya merupakan konsep dari masyarakat belajar (Learning Community). Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing dengan temanya, antar kelompok lainnya.
Masyarakat belajar terjadi jika ada komunikasi dua arah yaitu siswa dengan guru, siswa dengan temannya, siswa dengan lingkungan belajar. Komunikasi dua arah tersebut saling belajar dan setiap individu memiliki pengetahuan, pengalaman yang berarti dan berbeda sehingga perlunya slaing mempelajari.
5) Pemodelan (Modeling)
Pembelajaran ketrampilan, pengetahuan tertentu dan model yang bisa ditiru dalam Contextual Teaching and Learning (CTL) yaitu modeling. Menurut Sanjaya (2006:267) modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh siswa. Model diperoleh dari guru, siswa maupun lingkungan belajar yang relevan dengan materi pembelajaran. Modeling adalah asas yang sangat penting dalam pembelajaran CTL karena melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yan teoritis-abstrak yang dapat menimbulkan terjadinya verbalisme.
6) Refleksi (Reflection)
Menurut Sanjaya (2006:268) refleksi dalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses. Pengetahuan diperluas melalui konteks pembelajaran yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Tujuan refleksi yaitu untuk mengidentifikasi hal-hal yang sudah diketahui, dan hal-hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan.
Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan Contextual Teaching and Learning (CTL), setiap akhir pembelajaran guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk ” mengingat kembali ” apa yang telah dipelajari. Sehingga siswa bebas menafsirkan pengalaman sendiri, sehingga mereka dapat menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya.
7) Penilaian Sebenarnya (Authetic Assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru untuk memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar (Riyanto, 2009:177).
Berdasarkan pengertian di atas, bahwa penilaian diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak, apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan intektual maupun mental siswa. Penilain yang autentik dilakukan secara integrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian dilakukan secara terus menerus selama kegiatan berlangsung.
Adapun karakteristik penilaian nyata menurut Riyanto (2009:177) yaitu a) dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, b) dapat digunakan untuk formatif maupun sumatif, c) yang diukur ketrampilan dan performasi, bukan mengingat fakta, d) berkesinambungan, e) terintegrasi dan f) dapat digunakan sebagai feed back.
Menurut Elen Winner dalam (Elaine B.Johnson,2006:93), komponen model Contextual Teaching and Learning (CTL) yaitu:
Para siswa akan:
1). Menjadi siswa yang dapat mengatur diri sendiri dan aktif, sehingga dapat mengembangkan minat individu, maupun bekerjasama sendiri dan kelompok, belajar lewat praktek.
2). Membangun keterkaitan antara sekolah dan konteks kehidupan nyata seperti bisnis dan lembaga masyarakat.
3). Melakukan pekerjaan yang berarti yaitu pekerjaan yang memiliki tujuan, berguna untuk orang lain, yang melibatkan proses menentukan pilihan, dan menghasilkan produk nyta maupun tidak nyata.
4). Menggunakan pemikiran tingkat tinggi yang kreatif dan kritis yaitu menganalisis. Melakukan sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan, menggunakan logika dan bukti.
5). Bekerja sama., yaitu membawa siswa bekerja dengan efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bahwa apa yang mereka lakukan mempengaruhi orang lain, membantu mereka komunikasi dengan orang lain.
6). Mengembangkan setiap individu yaitu memberi perhatian, meletakkan harapan yang tinggi untuk setiap anak. Mendorong dan memotivasi siswa. Siswa tidak dapat sukses tanpa dukungan dari orang dewasa. Siswa menghormati teman sebayanya.
7). Mengenali dan mencapai standar yang tinggi yaitu mengidentifikasi tujuan yang jelas dan memotivasi siswa untuk mencapainya.
Berdasarkan pendapat tentang komponen model Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran matematika yaitu menghitung luas bangun datar persegi panjang, siswa ditekankan pada pengembangan diri melalui praktek, bekerjasama dengan kelompok lain, dan bekerja yang bermakna. Penekanan konsep menghitung luas bangun datar persegi panjang, dilakukan dengan melihat, melakukan dan menganalisis, sehingga siswa dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dalam kehidupan sehari-hari.
1) Konstruktivisme (Contrustivism)
Menurut Sanjaya (2006:264), Konstruktivisme (Constructivism) adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif berdasarkan pengalaman. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruk pengetahuan dibenak mereka sendiri. Bedasarkan dasar tersebut maka pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar.
Dalam tahap ini guru memfasilitasi dengan:a) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, b) memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan c). Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
2) Bertanya (Questioning)
Strategi uatama dalam pembelajaran kontekstual yaitu bertanya. Proses bertanya yang dilakukan siswa merupakan proses berpikir siswa dalam rangka menggali informasi, mengonfirmasikan apa yang diketahuinya, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Menurut Riyanto (2009:174) suatu pembelajaran yang produktif dalam kegiatan bertanya yaitu a) Menggali informasi baik administrasi maupun akademis, b) mengecek pemahaman siswa, c) membangkitkan respon kepada siswa, d) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, e) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, f) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru, g) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, dan h) untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
Dalam kegiatan pembelajaran kegiatan tanya jawab dilakukan siswa dan guru sebagai umpan balik pengetahuan dan pemberian kesempatan kepada siswa untuk berpikir secar kritis dan mengevaluasi cara berpikir siswa.
3) Inkuiri (Inquiry)
Proses pembelajaran yang dilakukan siswa proses menemukan (Inquiry) yaitu proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri.
Proses inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan ketrampilan siswa diharapkan bukan dari mengingat fakta-fakta tetapi hasil dari temuan sendiri baik dari pengetahuannnya sendiri, dalam kegiatan sehari-hari atau kegiatan yang lain. Menurut Sanjaya (2006:265) bahwa proses inkuiry dapat dilakukan melalui beberapa langkah yaitu a). merumuskan masalah, b) mengajukan hipotesis, c) mengumpulkan data, d) menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan, dan e) membuat kesimpulan.
4) Masyarakat Belajar (Learning Community)
Proses pembelajaran yang diperoleh dari bekerja sama dengan orang lain baik dengan teman sebaya , guru, maupun lingkungannya merupakan konsep dari masyarakat belajar (Learning Community). Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing dengan temanya, antar kelompok lainnya.
Masyarakat belajar terjadi jika ada komunikasi dua arah yaitu siswa dengan guru, siswa dengan temannya, siswa dengan lingkungan belajar. Komunikasi dua arah tersebut saling belajar dan setiap individu memiliki pengetahuan, pengalaman yang berarti dan berbeda sehingga perlunya slaing mempelajari.
5) Pemodelan (Modeling)
Pembelajaran ketrampilan, pengetahuan tertentu dan model yang bisa ditiru dalam Contextual Teaching and Learning (CTL) yaitu modeling. Menurut Sanjaya (2006:267) modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh siswa. Model diperoleh dari guru, siswa maupun lingkungan belajar yang relevan dengan materi pembelajaran. Modeling adalah asas yang sangat penting dalam pembelajaran CTL karena melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yan teoritis-abstrak yang dapat menimbulkan terjadinya verbalisme.
6) Refleksi (Reflection)
Menurut Sanjaya (2006:268) refleksi dalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses. Pengetahuan diperluas melalui konteks pembelajaran yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Tujuan refleksi yaitu untuk mengidentifikasi hal-hal yang sudah diketahui, dan hal-hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan.
Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan Contextual Teaching and Learning (CTL), setiap akhir pembelajaran guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk ” mengingat kembali ” apa yang telah dipelajari. Sehingga siswa bebas menafsirkan pengalaman sendiri, sehingga mereka dapat menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya.
7) Penilaian Sebenarnya (Authetic Assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru untuk memastikan bahwa siswa mengalami pembelajaran yang benar (Riyanto, 2009:177).
Berdasarkan pengertian di atas, bahwa penilaian diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak, apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan intektual maupun mental siswa. Penilain yang autentik dilakukan secara integrasi dengan proses pembelajaran. Penilaian dilakukan secara terus menerus selama kegiatan berlangsung.
Adapun karakteristik penilaian nyata menurut Riyanto (2009:177) yaitu a) dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung, b) dapat digunakan untuk formatif maupun sumatif, c) yang diukur ketrampilan dan performasi, bukan mengingat fakta, d) berkesinambungan, e) terintegrasi dan f) dapat digunakan sebagai feed back.
Menurut Elen Winner dalam (Elaine B.Johnson,2006:93), komponen model Contextual Teaching and Learning (CTL) yaitu:
Para siswa akan:
1). Menjadi siswa yang dapat mengatur diri sendiri dan aktif, sehingga dapat mengembangkan minat individu, maupun bekerjasama sendiri dan kelompok, belajar lewat praktek.
2). Membangun keterkaitan antara sekolah dan konteks kehidupan nyata seperti bisnis dan lembaga masyarakat.
3). Melakukan pekerjaan yang berarti yaitu pekerjaan yang memiliki tujuan, berguna untuk orang lain, yang melibatkan proses menentukan pilihan, dan menghasilkan produk nyta maupun tidak nyata.
4). Menggunakan pemikiran tingkat tinggi yang kreatif dan kritis yaitu menganalisis. Melakukan sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan, menggunakan logika dan bukti.
5). Bekerja sama., yaitu membawa siswa bekerja dengan efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bahwa apa yang mereka lakukan mempengaruhi orang lain, membantu mereka komunikasi dengan orang lain.
6). Mengembangkan setiap individu yaitu memberi perhatian, meletakkan harapan yang tinggi untuk setiap anak. Mendorong dan memotivasi siswa. Siswa tidak dapat sukses tanpa dukungan dari orang dewasa. Siswa menghormati teman sebayanya.
7). Mengenali dan mencapai standar yang tinggi yaitu mengidentifikasi tujuan yang jelas dan memotivasi siswa untuk mencapainya.
Berdasarkan pendapat tentang komponen model Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran matematika yaitu menghitung luas bangun datar persegi panjang, siswa ditekankan pada pengembangan diri melalui praktek, bekerjasama dengan kelompok lain, dan bekerja yang bermakna. Penekanan konsep menghitung luas bangun datar persegi panjang, dilakukan dengan melihat, melakukan dan menganalisis, sehingga siswa dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dalam kehidupan sehari-hari.