Keindahan Di Balik Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 mendorong siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan. |
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang melakukan penyederhanaan, dan menggunakan pola pendekatan tematik-integratif, melalui penambahan jam pelajaran yang bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran dan diharapkan siswa memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif serta terampil, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, sehingga mampu memasuki masa depan yang lebih baik.
SDIT Al Ittihad .adalah salah satu contoh sekolah yang menerapkan pembelajaran kurikulum 2013. Lebih spesifiknya yakni penerapan di kelas Satu (1) dan Empat (4). Dengan 4 orang guru pada jenjang kelas paralel 1 dan 4. Pada akhir semester satu (I) tahun lalu, mereka telah melakukan aktifitas mengadakan pameran hasil proyek untuk tema 1 Indahnya Kebersamaan. Siswa dikumpulkan di samping halaman sekolah, membawa berbagai bahan maupun peralatan untuk membuat minuman khas daerah yang terdapat di wilayah Nusantara. Siswa sangat senang melaksanakan kegiatan ini, karena mereka bisa bersama-sama berkreasi membuat minuman khas daerah yang telah ditentukan. Ada yang membuat minuman khas Sumatra, minuman khas dari Jawa bahkan minuman khas dari daerah Aceh. Kerjasama dengan orang tua juga terlihat sangat akrab, membantu para guru kelas untuk mengatur hasil karya pameran anak-anak. Semua siswa boleh mencicipi, dan diberikan secara gratis bagi warga sekolah yang ingin mengenal minuman khas daerah ini.
Banyak manfaat dan fungsi yang dirasakan dari pola pembelajaran tematik terpadu - integratif ini, diantaranya adalah 1. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu, 2.Siswa mampu menjalin kerjasama dan saling membantu sesama temannya, 3. Siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran karena dibahas secara mendalam dan berkesan, 4. Siswa dapat dilatih memiliki kejujuran dan mampu menerima kekurangan dari temannya, 5. Siswa mampu merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas, 6. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran yang lain. 7. Siswa menjadi lebih terampil dan cekatan dalam menyelesaikan setiap pekerjaan. 8. Siswa dididik menjadi manusia pembelajar, yang menganggap bahwa belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya dan dalam pembelajaran tematik juga sangat berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar.
Salah satu ungkapan dari Bianca salah seorang siswa kelas 4, mengungkapkan bahwa kurikulum baru ini membuatnya merasa lebih senang dan gembira dalam belajar, ia merasakan bahwa pembelajaran dulu ketika di kelas 3 sangat berbeda jauh dengan sekarang, sebab pembelajaran di kurikulum 2013 ini lebih menyenangkan, tidak banyak harus menghafal berbagai mata pelajaran, karena semua sudah dikemas dalam 1 tema yang menarik, hal ini membuatnya sangat senang dalam belajar dan teman-temannya pun menyukainya. Setiap hari Bianca dan teman-temannya tidak perlu lagi membawa buku yang bertumpuk dalam tasnya, namun dengan satu buku untuk satu tema yang bisa digunakan untuk belajar di sekolah selama 1 bulan. Hal ini sesuai dengan UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b).
Namun, maraknya kontroversi yang mewarnai penerapan Kurikulum 2013, SDIT Al Ittihad adalah salah satu di antara sekolah yang merasakan banyaknya manfaat kurikulum baru tersebut. “Di Kurikulum 2013 ini, cara berpikir siswa lebih berkembang. Di sanalah peran guru untuk mendampingi serta mengarahkan mereka, dan guru kelas lebih fokus membimbing siswanya karena hanya memegang satu kelas,” tutur Hani (nama samaran) salah seorang guru. Menurutnya Kurikulum 2013 ini lebih banyak dirasakan manfaatnya dibandingkan sistem belajar dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang semuanya terpisah-pisah, baik dari segi mata pelajarannya, maupun guru-gurunya. Bahkan Munif Chatib, seorang praktisi pendidikan yang professional menulis dalam fbnya mengatakan bahwa “Kurikulum 2013 justru menjadikan jumlah mata pelajaran sedikit, tidak terlalu banyak. Dan standar isinya ringan disesuaikan dengan perkembangan usia anak. Selamat tinggal mata pelajaran yang banyak dan menumpuk, namun tidak sesuai dengan usia perkembangan anak. Dan beban isi kurikulum yang berat buat anak kita (KTSP). Sampai-sampai orangtua yang sudah doktor pun kesulitan membantu mengerjakan soal-soal anaknya yang SD.” ujarnya.
Terkait pengetahuan tentang lingkungan dan spiritual, siswa tidak pernah dilepaskan dari materi agama. Terlebih lagi, dalam Kurikulum 2013 ini, durasi untuk mata pelajaran agama ditambah dibanding tahun lalu. Pendekatan spiritualnya lebih terasa dibandingkan pola pembelajaran yang lalu.
Saat ini, Hani melihat siswa SDIT Al Ittihad, terutama kelas 4 lebih bersemangat dalam belajar. baik dalam pembelajaran tematik maupun mata pelajaran tambahan seperti bahasa Arab & Inggris, serta pembelajaran Al Qur’an, karena bisa dipantau secara kontinu oleh guru kelasnya, walaupun masih perlu adanya pembenahan-pembenahan di sisi lain agar proses penerapan kurikulum ini lebih sempurna.
“Yang namanya barang baru, memang tidak lantas sempurna. Tapi kita sebagai praktisi pendidikan jangan sampai menyerah. Jika semua ini ditujukan untuk memperbaiki kualitas akhlak dan budi pekerti siswa, mari kita berupaya untuk melaksanakan yang terbaik,” ujarnya memberi masukan dan motivasi. Sebenarnya, begitu banyak keindahan dan hikmah yang bisa kita ambil dari kurikulum ini, selama kita masih punya akal untuk mau belajar, punya hati untuk mau merasa, punya mata untuk mau melihat dan punya telinga untuk mau mendengar.
Pesan yang ditulis oleh Munif Chatib di bawah ini, barangkali bisa membuat kita tersadar. Berikut isi pesannya.
JANGAN ADA LAGI GENERASI ROBOT
By Munif Chatib
Robot-robot rapi berbaris
Menunggu perintah menunggu tombol ditekan
Lalu bergerak sesuai program
Tak pernah meleset pasti tepat
Itulah robot ...
Namun robot tak punya hati
Juga robot tak peduli
Hidupnya hanya ikuti alur program
Tak pusing dengan dampak
Tak penting dengan penyebab
Akhirnya para robot punya tipe
Yang paling canggih tipe terbaru
Akhirnya dunia robot punya kasta
Robot usang harus pulang
Berakhir di tempat sampah
Anak kita jangan jadikan robot...
Sekolah kita jangan jadi pabrik robot
Guru kita jangan jadi pencetak robot
Anak kita adalah manusia
Saling berbeda dan punya makna
Lihat di TV ...
Banyak pejabat robot
Banyak politikus robot
Banyak ahli robot
Negeri ini jadi negeri robot
Yang tak peduli dengan dirinya sendiri
Sungguh ...jangan ada lagi generasi robot
*) Ditulis oleh: Delta Nia, S.Pd, M.Pd. Guru SDIT Al Ittihad Rumbai
Anda juga dapat mengirim tulisan Anda ke SekolahDasar.Net