Strategi untuk Mengenal Karakter Peserta Didik
Untuk lebih mengenal peserta didik, guru dapat melakukan pendekatan psikologis terhadap anak. |
Semua orang suka terhadap hal-hal yang baik, mendengar yang baik, melihat yang baik dan melakukan hal yang baik-baik. Perilaku baik dalam Agama Islam disebut akhlakul karimah atau dikenal dengan sebutan budi pekerti merupakan perbuatan mulia yang semestinya dimiliki oleh setiap insan. Dengan akhlak yang baik manusia akan mampu melaksanakan tugasnya sebagai kholifah di muka bumi dengan sempurna, mampu menjalin hubungan yang baik antar sesama sekalipun berbeda suku, ras, sosial dan agama.
Baca juga: Mengenal Tipe Kepribadian Peserta Didik
Guru harus mampu menjadi pelaku kebaikan, teladan bagi anak didiknya dan juga memberikan motifasi kepada mereka untuk berbuat baik, guru bisa mencontoh sifat-sifat terpuji nabi dalam melakukan aktifitasnya sebagai pendidik.
Seorang guru bertanya dalam hatinya, mengapa anak-anak selalu ribut bila ia pergi meninggalkan ruangan kelas untuk keperluan yang tidak lama, bahkan saat ia berada di dalam kelaspun ada saja anak yang membuat kegaduhan. Apakah ia kurang berwibawa atau memang karakter anak didik yang sulit diatur?
Kasus seperti ini sering terjadi ketika para guru melaksanakan proses belajar mengajar, peserta didik yang kurang memperhatikan pelajaran, kurang semangat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, ribut di ruangan kelas dan kegaduhan lainya yang menggangu proses belajar.
Hendaknya pendidik menyadari bahwa anak didik bukanlah botol kosong yang siap untuk di isi, bukan sebuah robot yang hanya mematuhi program–program tertentu, atau secarik kertas yang siap untuk digunakan menulis. Anak adalah karunia tuhan yang diibaratkan sebagai tumbuhan kecil mungil indah bersemi yang perlu dirawat, diberikan pupuk sehingga mampu menghasilkan sesuatu yang berharga baik bagi dirinya maupun bagi orang lain.
Ada beberapa strategi agar para guru dapat memahami karakteristik peserta didik agar tercapainya tujuan belajar, diantaranya:
1. Kenalilah peserta didik lebih dalam, mengenal bukan sekedar mengetahui, mengenal merupakan proses yang harus dijalani dengan cara yang arif dan bijaksana, ia membutuhkan waktu yang relatif lama. Untuk lebih mengenal peserta didik, guru dapat melakukan pendekatan psikologis terhadap anak, mewawancarai, bertanya menganai hal-hal pribadi anak dapat memberikan solusi bagaimaca cara atau metode pengajaran yang harus dilaksanakan, diskusi, ceramah, Tanya jawab, inkuiri dan metode lainnya.
2. Perlakukan peserta didik secara wajar dan adil. Disadari bahwa dalam satu kelas terdapat puluhan bakat, sifat, karakter yang berbeda yang perlu perlakuan dengan adil. Adil bukan berarti sama rata, guru harus memperlakukan setiap muridnya dengan bijak, membantu mereka yang perlu dibantu dengan senang hati dan penuh kasih sayang tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, latar belakan, aspek sosial dan lain-lain. Perlakuan yang wajar dari seorang pendidik akan membawa image positif bagi guru dan semangat kebersamaan dan kekeluargaan bagi peserta didik.
3. Masuki dunia mereka, dan jadilah sahabatnya yang paling baik. Untuk mengetahui bakat dan karakter anak didik seyogyanya para guru menjadi bagian dari mereka, bermain bersama seperti layaknya mereka bermain, bernyanyi, dan mejadi sahabat yang baik, sehingga peserta didik tidak merasa sungkan atau malu.
*) Ditulis oleh Ayi Wahyudin, Guru SDN Cikidang UPTD TKSD Kec. Rancabali Kab. Bandung
Baca juga: Mengenal Tipe Kepribadian Peserta Didik
Guru harus mampu menjadi pelaku kebaikan, teladan bagi anak didiknya dan juga memberikan motifasi kepada mereka untuk berbuat baik, guru bisa mencontoh sifat-sifat terpuji nabi dalam melakukan aktifitasnya sebagai pendidik.
Seorang guru bertanya dalam hatinya, mengapa anak-anak selalu ribut bila ia pergi meninggalkan ruangan kelas untuk keperluan yang tidak lama, bahkan saat ia berada di dalam kelaspun ada saja anak yang membuat kegaduhan. Apakah ia kurang berwibawa atau memang karakter anak didik yang sulit diatur?
Kasus seperti ini sering terjadi ketika para guru melaksanakan proses belajar mengajar, peserta didik yang kurang memperhatikan pelajaran, kurang semangat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, ribut di ruangan kelas dan kegaduhan lainya yang menggangu proses belajar.
Hendaknya pendidik menyadari bahwa anak didik bukanlah botol kosong yang siap untuk di isi, bukan sebuah robot yang hanya mematuhi program–program tertentu, atau secarik kertas yang siap untuk digunakan menulis. Anak adalah karunia tuhan yang diibaratkan sebagai tumbuhan kecil mungil indah bersemi yang perlu dirawat, diberikan pupuk sehingga mampu menghasilkan sesuatu yang berharga baik bagi dirinya maupun bagi orang lain.
Ada beberapa strategi agar para guru dapat memahami karakteristik peserta didik agar tercapainya tujuan belajar, diantaranya:
1. Kenalilah peserta didik lebih dalam, mengenal bukan sekedar mengetahui, mengenal merupakan proses yang harus dijalani dengan cara yang arif dan bijaksana, ia membutuhkan waktu yang relatif lama. Untuk lebih mengenal peserta didik, guru dapat melakukan pendekatan psikologis terhadap anak, mewawancarai, bertanya menganai hal-hal pribadi anak dapat memberikan solusi bagaimaca cara atau metode pengajaran yang harus dilaksanakan, diskusi, ceramah, Tanya jawab, inkuiri dan metode lainnya.
2. Perlakukan peserta didik secara wajar dan adil. Disadari bahwa dalam satu kelas terdapat puluhan bakat, sifat, karakter yang berbeda yang perlu perlakuan dengan adil. Adil bukan berarti sama rata, guru harus memperlakukan setiap muridnya dengan bijak, membantu mereka yang perlu dibantu dengan senang hati dan penuh kasih sayang tanpa membeda-bedakan jenis kelamin, latar belakan, aspek sosial dan lain-lain. Perlakuan yang wajar dari seorang pendidik akan membawa image positif bagi guru dan semangat kebersamaan dan kekeluargaan bagi peserta didik.
3. Masuki dunia mereka, dan jadilah sahabatnya yang paling baik. Untuk mengetahui bakat dan karakter anak didik seyogyanya para guru menjadi bagian dari mereka, bermain bersama seperti layaknya mereka bermain, bernyanyi, dan mejadi sahabat yang baik, sehingga peserta didik tidak merasa sungkan atau malu.
*) Ditulis oleh Ayi Wahyudin, Guru SDN Cikidang UPTD TKSD Kec. Rancabali Kab. Bandung