Kunci Utama Mendidik Anak Autis
Kunci Utama Mendidik Anak Autis
Liputan6.com, Jakarta: Kebesaran hati merupakan kunci utama mendidik anak penderita autis. Pengalaman ini diterapkan keluarga Agustinus Dawarja saat mendidik putrinya, Madeline. Gadis kecil berusia delapan tahun ini menderita autis.
Menurut Agustinus Dawarja, ayah Madeline, awalnya mereka terkejut ketika mengetahui anaknya menderita autis. Pasalnya, sangat tidak mudah menerima kenyataan ini. Madeline berlaku seperti anak normal seusianya. Sebelum berangkat sekolah ia menyempatkan diri untuk menonton televisi dan sesekali bercanda dengan sang ayah. "Kita mesti beritahu orang bahwa anak kita menderita autis," kata Agustinus.
Hingga kini belum diketahui secara pasti apa penyebab autis. Namun di Indonesia kecenderungan angka autis semakin meningkat. Ciri-ciri anak autis biasanya terdeteksi ketika berusia antara dua hingga tiga tahun. Anak autis mengalami keterlambatan berbicara, sering menghindari kontak mata, lebih senang menyendiri, dan terpaku pada benda tertentu. Selain itu si anak tidak mau menerima perubahan dan secara fisik terlalu aktif atau sama sekali tidak aktif.(IAN/Riko Anggara dan Endro Aji)
Liputan6.com, Jakarta: Kebesaran hati merupakan kunci utama mendidik anak penderita autis. Pengalaman ini diterapkan keluarga Agustinus Dawarja saat mendidik putrinya, Madeline. Gadis kecil berusia delapan tahun ini menderita autis.
Menurut Agustinus Dawarja, ayah Madeline, awalnya mereka terkejut ketika mengetahui anaknya menderita autis. Pasalnya, sangat tidak mudah menerima kenyataan ini. Madeline berlaku seperti anak normal seusianya. Sebelum berangkat sekolah ia menyempatkan diri untuk menonton televisi dan sesekali bercanda dengan sang ayah. "Kita mesti beritahu orang bahwa anak kita menderita autis," kata Agustinus.
Hingga kini belum diketahui secara pasti apa penyebab autis. Namun di Indonesia kecenderungan angka autis semakin meningkat. Ciri-ciri anak autis biasanya terdeteksi ketika berusia antara dua hingga tiga tahun. Anak autis mengalami keterlambatan berbicara, sering menghindari kontak mata, lebih senang menyendiri, dan terpaku pada benda tertentu. Selain itu si anak tidak mau menerima perubahan dan secara fisik terlalu aktif atau sama sekali tidak aktif.(IAN/Riko Anggara dan Endro Aji)