Kendala dalam Memajukan Sekolah
Faktor-faktor yang menjadi kendala dalam memajukan sekolah adalah:
1. Faktor guru dan kepala sekolah
Guru memperoleh prioritas pertama untuk ditingkatkan mutunya karena guru merupakan variabel utama yang paling berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik/siswa, dan disisi lain kualitas guru masih terbilang rendah. Fungsi guru memang sentral dalam proses pendidikan, utamanya di sekolah. Akan tetapi kenyataannya posisi guru masih diselimuti oleh banyak masalah, misalnya profesionalitas dan jaminan penghasilan. Oleh karena itu, peningkatan profesionalitas dan pemberdayaan guru merupakan kebutuhan mendesak.
Lebih lanjut, masih ada sejumlah alasan lain yang mendasari ditetapkannya guru sebagai prioritas pertama dalam upaya peningkatan mutu pendidikan nasional. Pertama, dalam konteks SD, sebelum diberlakukan ketentuan bahwa guru SD adalah lulusan Diploma II PGSD, guru SD dipersiapkan oleh Sekolah Pendidikan Guru (SPG) berdasarkan ketentuan bahwa guru SD adalah lulusan SPG, terdapat sekitar 9,7% guru SD yang belum memenuhi syarat. Bahkan guru-guru yang berpendidikan SPG pun masih dinilai tidak mempunyai kemampuan yang layak secara profesional. (Suryadi dan Tilaar, 1993)
Kedua, rasio guru-peserta didik SD pada tahun 1975 (1:35) dan pada tahun 1988 menjadi (1:24) ternyata belum menunjukkan perbaikan kualitas pendidikan di SD. Jika rasio guru-peserta didik tidak seimbang untuk pendidikan, kualitas guru diperkirakan masih menjadi masalah yang amat besar dalam usaha peningkatan mutu pendidikan pada semua jenis dan jenjang persekolahan.
Ketiga, kelayakan mengajar yang didasarkan pada pendidikan formal saja tidak cukup. Kemampuan mengajar di dalam kelas sangat diperlukan. Disamping itu, tingkat penguasaan materi bidang studi masih merupakan kriteria kualitas guru yang belum banyak terungkap. Padahal kualitas guru yang tampak paling berpengaruh adalah kemampuan menguasai bahan yang diajarkan. Penguasaan materi pengajaran memberikan efek positif dan berarti terhadap prestasi belajar murid. (Suryadi dan Tilaar, 1993)
Sementara itu, efek dari besarnya gaji guru terhadap prestasi belajar tidak dapat dibuktikan oleh sebagian besar studi yang ditelaah dalam berbagai penelitian. Itu berarti kenaikan gaji yang selama ini sering dituntut tidak secara otomatis akan menaikkan kinerja guru. Dengan perkataan lain, kenaikan gaji berpengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja guru yang nantinya berimbas pada prestasi belajar peserta didik.
Ditetapkannya guru sebagai prioritas pertama untuk ditingkatkan profesionalitasnya didasari oleh pertimbangan: guru mempunyai intensitas interaksi yang tinggi dengan peserta didik, guru dapat berinteraksi dengan komponen pembelajaran lainnya bahkan bersinergi, guru mempunyai potensi untuk berkreasi dan berkembang terus menerus, apa yang telah dikuasai dan dimiliki guru dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama.
Kepala sekolah juga merupakan kendala dalam meningkatkan sekolah. Hal ini dikarenakan kepala sekolah merupakan pimpinan yang ada di sekolah. Maju mundurnya sekolah tergantung dari bagaimana kepala sekolah mengorganisir sekolah. Sedangkan, cara kepala sekolah mengorganisir sekolahnya tergantung dari pendidikan dan pengalaman kepala sekolah. Di lapangan sering ditemui kepala sekolah yang tidak sungguh-sungguh dalam mengorganisir sekolah. Hal itu mungkin disebabkan kepala sekolah tidak mampu atau mungkin kepala sekolah mampu tetapi enggan melakukan pengaturan sekolah dengan baik. Akibatnya, peningkatan mutu sekolah tidak terealisasikan.
Secara keseluruhan dan umum kinerja guru yang menjadi kendala adalah sebagai berikut:
a. Cara mengajar guru kurang disukai/bahkan tidak disukai
b. Bimbingan dan penyuluhan dari guru kurang maksimal
c. Penguasaan guru akan ilmu yang harus disampaikan kurang
d. Cara penyampaian materi yang monoton dan kurang variatif
e. Kurangnya pemahaman guru tentang psikologi anak
f. Perhatian guru tentang latar belakang dan kebutuhan anak kurang
g. Kurang adanya konsep perencanaan yang baik dalam penyusunan program-program untuk memajukan lembaga yang ditanganinya.
h. Kepribadian guru yang kurang matang
i. Minimnya kreatifitas dan inovasi untuk mengatasi berbagai hambatan yang terjadi dalam lembaga.
2. Faktor siswa
Faktor penyebab timbulnya masalah/kesulitan belajar pada diri siswa sehingga hasil belajarnya tidak optimal adalah:
a. Aktifitas belajar kurang.
– Tidak dapat mengatur waktu belajar dengan baik.
– Motivasi belajar dari dalam diri kurang.
b. Alat penunjang pelajaran kurang, misalnya buku dan alat-alat tulis.
c. Daya ingatnya lemah dan pemahamannya kurang, sehingga sulit untuk menerima pelajaran.
d. Karakteristik siswa yang berbeda-beda.
e. Tidak/kurang suka dengan mata pelajaran tertentu, sehingga kurang
maksimal dalam belajar.
3. Faktor sarana dan prasarana
Lengkap tidaknya sarana prasarana akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Semakin lengkap akan semakin meningkatkan prestasi belajar siswa jika sarana dan prasarana tersebut dimanfaatkan secara maksimal. Begitu juga sebaliknya, kurangnya sarana prasarana akan membuat prestasi belajar kurang maksimal karena potensi siswa tidak tergali secara utuh.
Besar kecilnya dana yang ada juga mempengaruhi lengkap tidaknya sarana prasarana tersebut. Tergantung bagaimana pihak-pihak tertentu untuk mengolah dan mengorganisirnya. Sarana prasarana sudah lengkap, namun pemanfaatannya kurang maksimal akan tetap membawa siswa kurang optimal dalam belajar. Fasilitas yang ada jadi terkesan tidak bermanfaat dan terabaikan.
4. Faktor masyarakat dan orang tua
Partisipasi masyarakat yang tergolong rendah menunjukkan bahwa masih ada kendala dalam melaksanakan program hubungan sekolah-masyarakat. Wujud kendala yang dialami dapat diidentifikasi sebagai berikut: (1) kurang berfungsinya wadah organisasi orang tua untuk berpartisipasi dalam aktivitas di sekolah, (2) kurang adanya inisiatif dari kedua pihak, terutama orang tua/masyarakat, (3) kurang pro aktifnya sekolah dalam mengembangkan program hubungan sekolah-masyarakat, (4) terbatasnya waktu kepala sekolah atau guru yang ditugasi melaksanakan program, (5) relatif rendahnya kondisi sosial ekonomi orang tua, dan (6) berkembangnya anggapan bahwa program itu dapat dilakukan lebih belakangan daripada program sekolah yang lain.
Kendala dari orang tua sendiri terlihat dari beberapa hal berikut ini:
a. Kurang komunikasi, perhatian dan motivasi belajar dari orang tua
b. Tidak ada bimbingan sewaktu belajar, sehingga orang tua tidak mengetahui kesulitan anaknya
c. Suasana di rumah tidak mendukung untuk belajar
d. Kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan
e. Fasilitas belajar kurang (tidak ada tempat belajar khusus)
f. Kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya prestasi yang harus diperoleh seoptimal mungkin oleh anak
1. Faktor guru dan kepala sekolah
Guru memperoleh prioritas pertama untuk ditingkatkan mutunya karena guru merupakan variabel utama yang paling berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik/siswa, dan disisi lain kualitas guru masih terbilang rendah. Fungsi guru memang sentral dalam proses pendidikan, utamanya di sekolah. Akan tetapi kenyataannya posisi guru masih diselimuti oleh banyak masalah, misalnya profesionalitas dan jaminan penghasilan. Oleh karena itu, peningkatan profesionalitas dan pemberdayaan guru merupakan kebutuhan mendesak.
Lebih lanjut, masih ada sejumlah alasan lain yang mendasari ditetapkannya guru sebagai prioritas pertama dalam upaya peningkatan mutu pendidikan nasional. Pertama, dalam konteks SD, sebelum diberlakukan ketentuan bahwa guru SD adalah lulusan Diploma II PGSD, guru SD dipersiapkan oleh Sekolah Pendidikan Guru (SPG) berdasarkan ketentuan bahwa guru SD adalah lulusan SPG, terdapat sekitar 9,7% guru SD yang belum memenuhi syarat. Bahkan guru-guru yang berpendidikan SPG pun masih dinilai tidak mempunyai kemampuan yang layak secara profesional. (Suryadi dan Tilaar, 1993)
Kedua, rasio guru-peserta didik SD pada tahun 1975 (1:35) dan pada tahun 1988 menjadi (1:24) ternyata belum menunjukkan perbaikan kualitas pendidikan di SD. Jika rasio guru-peserta didik tidak seimbang untuk pendidikan, kualitas guru diperkirakan masih menjadi masalah yang amat besar dalam usaha peningkatan mutu pendidikan pada semua jenis dan jenjang persekolahan.
Ketiga, kelayakan mengajar yang didasarkan pada pendidikan formal saja tidak cukup. Kemampuan mengajar di dalam kelas sangat diperlukan. Disamping itu, tingkat penguasaan materi bidang studi masih merupakan kriteria kualitas guru yang belum banyak terungkap. Padahal kualitas guru yang tampak paling berpengaruh adalah kemampuan menguasai bahan yang diajarkan. Penguasaan materi pengajaran memberikan efek positif dan berarti terhadap prestasi belajar murid. (Suryadi dan Tilaar, 1993)
Sementara itu, efek dari besarnya gaji guru terhadap prestasi belajar tidak dapat dibuktikan oleh sebagian besar studi yang ditelaah dalam berbagai penelitian. Itu berarti kenaikan gaji yang selama ini sering dituntut tidak secara otomatis akan menaikkan kinerja guru. Dengan perkataan lain, kenaikan gaji berpengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja guru yang nantinya berimbas pada prestasi belajar peserta didik.
Ditetapkannya guru sebagai prioritas pertama untuk ditingkatkan profesionalitasnya didasari oleh pertimbangan: guru mempunyai intensitas interaksi yang tinggi dengan peserta didik, guru dapat berinteraksi dengan komponen pembelajaran lainnya bahkan bersinergi, guru mempunyai potensi untuk berkreasi dan berkembang terus menerus, apa yang telah dikuasai dan dimiliki guru dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama.
Kepala sekolah juga merupakan kendala dalam meningkatkan sekolah. Hal ini dikarenakan kepala sekolah merupakan pimpinan yang ada di sekolah. Maju mundurnya sekolah tergantung dari bagaimana kepala sekolah mengorganisir sekolah. Sedangkan, cara kepala sekolah mengorganisir sekolahnya tergantung dari pendidikan dan pengalaman kepala sekolah. Di lapangan sering ditemui kepala sekolah yang tidak sungguh-sungguh dalam mengorganisir sekolah. Hal itu mungkin disebabkan kepala sekolah tidak mampu atau mungkin kepala sekolah mampu tetapi enggan melakukan pengaturan sekolah dengan baik. Akibatnya, peningkatan mutu sekolah tidak terealisasikan.
Secara keseluruhan dan umum kinerja guru yang menjadi kendala adalah sebagai berikut:
a. Cara mengajar guru kurang disukai/bahkan tidak disukai
b. Bimbingan dan penyuluhan dari guru kurang maksimal
c. Penguasaan guru akan ilmu yang harus disampaikan kurang
d. Cara penyampaian materi yang monoton dan kurang variatif
e. Kurangnya pemahaman guru tentang psikologi anak
f. Perhatian guru tentang latar belakang dan kebutuhan anak kurang
g. Kurang adanya konsep perencanaan yang baik dalam penyusunan program-program untuk memajukan lembaga yang ditanganinya.
h. Kepribadian guru yang kurang matang
i. Minimnya kreatifitas dan inovasi untuk mengatasi berbagai hambatan yang terjadi dalam lembaga.
2. Faktor siswa
Faktor penyebab timbulnya masalah/kesulitan belajar pada diri siswa sehingga hasil belajarnya tidak optimal adalah:
a. Aktifitas belajar kurang.
– Tidak dapat mengatur waktu belajar dengan baik.
– Motivasi belajar dari dalam diri kurang.
b. Alat penunjang pelajaran kurang, misalnya buku dan alat-alat tulis.
c. Daya ingatnya lemah dan pemahamannya kurang, sehingga sulit untuk menerima pelajaran.
d. Karakteristik siswa yang berbeda-beda.
e. Tidak/kurang suka dengan mata pelajaran tertentu, sehingga kurang
maksimal dalam belajar.
3. Faktor sarana dan prasarana
Lengkap tidaknya sarana prasarana akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Semakin lengkap akan semakin meningkatkan prestasi belajar siswa jika sarana dan prasarana tersebut dimanfaatkan secara maksimal. Begitu juga sebaliknya, kurangnya sarana prasarana akan membuat prestasi belajar kurang maksimal karena potensi siswa tidak tergali secara utuh.
Besar kecilnya dana yang ada juga mempengaruhi lengkap tidaknya sarana prasarana tersebut. Tergantung bagaimana pihak-pihak tertentu untuk mengolah dan mengorganisirnya. Sarana prasarana sudah lengkap, namun pemanfaatannya kurang maksimal akan tetap membawa siswa kurang optimal dalam belajar. Fasilitas yang ada jadi terkesan tidak bermanfaat dan terabaikan.
4. Faktor masyarakat dan orang tua
Partisipasi masyarakat yang tergolong rendah menunjukkan bahwa masih ada kendala dalam melaksanakan program hubungan sekolah-masyarakat. Wujud kendala yang dialami dapat diidentifikasi sebagai berikut: (1) kurang berfungsinya wadah organisasi orang tua untuk berpartisipasi dalam aktivitas di sekolah, (2) kurang adanya inisiatif dari kedua pihak, terutama orang tua/masyarakat, (3) kurang pro aktifnya sekolah dalam mengembangkan program hubungan sekolah-masyarakat, (4) terbatasnya waktu kepala sekolah atau guru yang ditugasi melaksanakan program, (5) relatif rendahnya kondisi sosial ekonomi orang tua, dan (6) berkembangnya anggapan bahwa program itu dapat dilakukan lebih belakangan daripada program sekolah yang lain.
Kendala dari orang tua sendiri terlihat dari beberapa hal berikut ini:
a. Kurang komunikasi, perhatian dan motivasi belajar dari orang tua
b. Tidak ada bimbingan sewaktu belajar, sehingga orang tua tidak mengetahui kesulitan anaknya
c. Suasana di rumah tidak mendukung untuk belajar
d. Kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan
e. Fasilitas belajar kurang (tidak ada tempat belajar khusus)
f. Kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya prestasi yang harus diperoleh seoptimal mungkin oleh anak