Mendikbud Larang Guru Beri PR Matematika ke Siswa
Guru harus lebih kreatif, jangan sedikit-sedikit PR, sedikit-sedikit mencatat. |
"Guru harus lebih kreatif, jangan sedikit-sedikit PR, sedikit-sedikit mencatat buku sampai habis," kata Muhadjir yang SekolahDasar.Net kutip dari JPNN (08/09/17).
Mantan Rektor Univesitas Muhammadiyah Malan itu mengatakan guru harus bisa memberikan PR yang berkaitan dengan nilai-nilai karakter prioritas dalam PPK. Sedangkan matematika atau mata pelajaran lain tidak perlu diberikan PR karena tugas seperti itu cukup diselesaikan di sekolah, bukan dibawa rumah.
"Dalam PPK, PR itu jangan Matematika. Kalau itu selesaikan saja di sekolah. PR-nya apa? Misalnya untuk nilai karakter gotong royong, siswa dikasih PR berkunjung ke teman-temannya yang sakit, atau berkunjung ke panti asuhan, atau ikut kerja bakti di lingkungan rumah atau sekolah. Itulah PR dalam PPK. Ada nilai gotong royong dan rasa solidaritas. Sekolah atau guru harus inisiatif memberikan PR seperti itu dalam PPK," kata Muhadjir.
Dalam PPK, diprioritas lima nilai karakter, yaitu religius, nasionalis, integritas, gotong royong, dan mandiri. Dia juga mengimbau guru agar bisa menanamkan sikap toleransi antarumat beragama kepada siswa. Siswa juga harus mampu menghormati perbedaan, mengingat bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragam atau majemuk.
Menurut Mendikbud, penerapan PPK di sekolah harus menggunakan metode School Based Management, atau Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Dengan MBS akan memerkuat ekosistem pendidikan karena sekolah akan menjadi sentral atau pusat. Sedangkan lingkungan sekitar dijadikan sumber-sumber belajar (learning resources).
Baca: Tumbuhkan Budi Pekerti Guru Harus Dampingi Anak
"Semua aktivitas belajar siswa, baik yang berada di sekolah, masyarakat, maupun keluarga harus dimanajemeni oleh sekolah. Jadi sekolah tidak boleh lagi tidak bertanggung jawab atas semua kegiatan siswa," tegasnya.
Dia menambahkan, salah satu tugas sekolah adalah mengarahkan anak-anak dalam penerapan PPK di luar sekolah sebagai bagian dari kegiatan belajar mengajar. Sekolah juga diminta mengedukasi lingkungan sekolahnya, dan melihat potensi apa saja di lingkungan sekolah yang bisa menjadi sumber belajar siswa.