7 Kesalahan Yang Harus Dihindari Untuk Jadi Guru Teladan
Kesalahan yang harus dihindari untuk menjadi guru teladan penting untuk Anda ketahui. Jadilah guru yang hanya bukan sekedar mengajar. |
Menjadi guru teladan itu susah-susah gampang. Ada beberapa kesalahan yang harus dihindari untuk jadi guru teladan tersebut. Bila Anda merupakan tenaga pengajar dan ingin memperoleh gelar tersebut, berikut adalah pantangan-pantangan yang jangan sampai dilanggar. Sebab, sekali melakukannya, sulit untuk mendapatkan kesempatan kedua mengingat kesalahan di bawah ini merupakan tindakan fatal.
1. Gagal Menciptakan Kelas Yang Atraktif
Dulu, kelas yang sunyi merupakan bukti bahwa pengajar sukses mengontrol anak didik. Namun sekarang, tolak ukur tersebut justru menjadi kesalahan fatal dari seorang guru yang membuktikannya tidak layak disebut guru teladan. Kelas seharusnya atraktif, tidak monoton. Hal itu dapat diukur dari imbal balik yang seimbang antara guru dengan para murid.
2. Mendekstruksi Kepercayaan Diri Siswa
Ketika anak didik melakukan kesalahan atau gagal memahami suatu materi, guru teladan harus memberikan dukungan moril. Berikan saran supaya kepercayaan diri anak berikut semangatnya tetap terjaga sehingga tidak putus asa mencoba. Namun, guru yang buruk justru akan sibuk melakukan tindakan desktruktif dengan mencemooh kemampuan siswa maupun mengungkit kesalahannya terus menerus.
3. Aksi Diskriminatif
Sensitivitas isu SARA saat ini tidak hanya mencakup ranah politik saja. Namun juga di dunia pendidikan. Kadang-kadang, guru mendiskreditkan anak didik yang berasal dari ras, suku, maupun keyakinan minoritas. Itu merupakan kesalahan fatal yang wajib dihindari oleh seorang guru teladan. Guru seharusnya dapat merangkul semua anak didiknya dan mengeratkan persaudaraan.
4. Memberikan Tekanan / Paksaan Pada Murid
Hanya karena Anda lebih tua dan menjadi guru anak-anak di sekolah, tidak lantas memberi hak untuk menekan atau memaksa mereka melakukan sesuatu. Sikap tersebut merupakan tanda arogansi sekaligus praktik diktator. Karakteristik semacam itu tentunya jauh dari kriteria seorang guru teladan. Dan otomatis akan membangun kebencian anak didik pada Anda.
5. Kurang Siap
Kurikulum yang berubah-ubah kerap kali membuat bingung pelaksana pendidikan. Hal itu lantas menjadi kesalahan yang harus dihindari untuk jadi guru teladan. Tenaga pengajar kemudian melaksanakan KBM tanpa pemahaman yang cukup akan arah dan tujuan kegiatan. Tentunya hal itu justru akan turut membingungkan sekaligus menyulitkan para peserta didik untuk beradaptasi.
6. Manajemen Waktu Yang Buruk
Anda ingin menjadi guru teladan tapi tidak dapat memanajemen waktu dengan baik? Maka hal itu selamanya akan menjadi sebatas mimpi saja. Guru harus memberikan contoh positif pada anak didik. Terutama pelajaran tentang menghargai waktu. Usahakan sedini mungkin menanamkan kebiasaan disiplin waktu terhadap para murid. Minimal datang tepat waktu untuk mengajar.
Dengan demikian, mereka tidak akan meneruskan budaya ‘jam karet’. Dengan Anda tepat waktu, anak-anak juga dapat menyadari dedikasi Anda terhadap profesi guru yang diemban. Sehingga, mereka pun akan memiliki rasa hormat sekaligus meneladani time management Anda yang baik. Di sisi lain, itu dapat menghapus stigma negatif terhadap budaya telat masyarakat.
7. Lambat Soal Teknologi / Gagap Teknologi (Gaptek)
Kecakapan dalam menggunakan teknologi dan pengetahuan yang cukup tentangnya merupakan standar profesional masa kini. Demikian pula dengan profesi guru. Terlebih bila ingin disebut guru teladan. Gaptek atau kurang melek teknologi merupakan kesalahan yang fatal. Sebab, Anda berisiko tidak mampu mengimbangi milenial masa kini dan kegemarannya terhadap teknologi.
Selain itu, ketidakterampilan dalam teknologi menjadi kesalahan yang harus dihindari untuk jadi guru teladan. Karena pendidikan era sekarang memiliki sistem atau prosedur yang erat kaitannya dengan teknologi, minimal perangkat pintar. Jadi, untuk bisa menjadi guru teladan, Anda wajib menghindari deretan kesalahan fatal di atas. Sebab, jika sampai terjadi sulit memperbaikinya.