Di Era Revolusi Industri 4.0 Guru Harus Punya Karakter Kuat
Guru harus memiliki kemampuan literasi, bagaimana kompetensi pedagogik. Cara mengajarnya yang baik, sosial dan harus menguasai 4C. |
Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Pendidikan Tinggi (SDID) Kemendikbud Prof Ali Ghufron Mukti memberikan beberapa catatan penting terkait kriteria guru di era revolusi industri 4.0. Menurutnya, guru harus mempunyai karakter kuat. Karakter guru ini juga menjadi contoh bagaimana pengamalan Pancasila, bekerja keras mendapatkan kompetensi. Ini bisa dijadikan contoh bagi anak didik untuk tidak mudah menyerah.
"Ada tiga hal menurut saya yang harus diubah para guru. Pertama, mindset, lalu paradigmanya juga harus diubah. Kedua, kemanusiaannya, karena kalau kemanusiaan tidak dibangun bisa kalah sama robot. Karena semua ada di sana. Jadi yang tidak mungkin dimiliki robot dan tidak bisa digantikan adalah kemanusiaan. Maka kemanusiaan, cinta kasih, hargai sesama, simpati, empati harus dibangun di sekolah," kata Ali Ghufron.
Guru juga harus memiliki kemampuan literasi dan kompetensi pedagogik. Cara mengajarnya yang baik, sosial dan guru harus menguasai 4C (critical thinking, cooperative/collaborative, creative, communicatif). Jadi perguruan tinggi hebat yang diajarkan creativity dan responsif akan perubahan. Perubahan revolusi industri, guru harus cepat merespon. Kemudian komunikasi dan kolaborasi.
"Bukan hanya kompetisi tetapi kerja sama. Bayangkan kalau sesama guru jadi ancaman karena saling kompetisi. Okelah, spiritnya untuk menjadi yang terbaik tetapi jangan lupakan kolaborasi juga. Kompetisi oke, kolaborasi yes," kata Ali yang SekolahDasar.Net kutip dari JPNN (19/11/19).
Lihat juga: Tidak Sembarang Orang Bisa Menjadi Guru SD
Guru dan dosen harus merespons serta menguasai teknologi untuk antisipasi era revolusi industry 4.0. Jadi bukan mengganti guru dan dosen dengan teknologi. Namun menggunakan teknologi untuk pemerataan akses dan mutu pendidikan. Karakter, literasi, perubahan mindset, kemanusiaan, dan 4C sedang diperkuat Kemendikbud untuk menyiapkan guru era 4.0.
Di samping menyiapkan regulasinya, menurut Ali, juga bagaimana sekolah memiliki suatu otonomi untuk anak didik. Jadi tidak bisa disamakan semua sekolah. Mereka punya potensi dan guru tahu mana yang lebih baik untuk anak didiknya. Jangan sampai malah mengekang dan tidak diberi kreativitas.
"Misalnya kerja sama dengan swasta, biarkan sekolah berkreativitas. Jauh lebih penting antara apa yang guru atau siswa dapat dan kerjakan menjadi budaya di sekolah maupun luar sekolah," jelas Ali Ghufron.