Guru Diminta Tak Bebani Siswa dengan Tugas Berlebihan
Guru didorong kreatif dalam mengelola belajar di rumah, dengan memberi materi pembelajaran yang bervariatif dan tidak hanya tugas berupa soal. |
Guru diminta mampu mengukur kemampuan anak dalam mengerjakan tugas saat libur sekolah karena corona. Tidak hanya itu, di masa social distancing ini, guru juga didorong kreatif dalam mengelola belajar di rumah, dengan memberi materi pembelajaran yang bervariatif dan tidak hanya tugas berupa soal.
"Dalam memberikan tugas kepada siswa harus terukur, dikerjakan maksimal 30 menit, tidak boleh lebih. Jadi kalau dalam bentuk soal, maka guru dapat mengukur hanya berapa soal diberikan," kata Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Pendidikan, Retno Listyarti.
Lihat juga: Orang Tua Stres Mengawasi Anak Belajar di Rumah Saat Libur Akibat Corona
Mantan Kepala Sekolah SMAN 3 Jakarta ini menyebut, tugas yang diberikan secara sekaligus dalam 14 hari bakal membuat siswa stres. Guru di sekolah diminta mengelola cara pemberian tugas. Menurutnya, tugas diberikan tidak secara berbarengan agar siswa tidak kewalahan.
Ia menambahkan maksud belajar dari rumah sesungguhnya adalah memberikan aktivitas belajar rutin pada para siswa agar tetap terbiasa belajar, menjaga keteraturan. Karena, keteraturan itu penting bagi anak-anak, agar ketika masuk sekolah kembali semangat belajarnya tidak padam dan materi pembelajaran tidak tertinggal.
Guru diminta tidak terpaku memberikan pembelajaran hanya dalam bentuk soal. Tentang bagaimana merawat tanaman bisa menjadi alternatif. Terutama untuk siswa yang berada pada jenjang Sekolah Dasar (SD).
"Untuk mengurus satu tanaman dan menceritakan nama tanamannya, bentuk dan warna daun, spesiesnya. Penugasan itu dapat mengasah rasa ingin tahu anak-anak untuk mencari jawabannya. Guru harus kreatif dalam memberikan penugasan," jelas Retno.
Metode belajar juga diharapkan bisa mengikutsertakan interaksi antara guru dan siswa, meskipun secara virtual. Sehingga guru bisa membimbing siswa selama belajar dari jarak jauh. Ia menduga kebanyakan guru mengartikan belajar di rumah dengan memberikan tugas secara daring, dan meminta siswa mengumpulkan tugas setiap hari.
Agar metode pembalajaran yang beragam dan menyenangkan ini bisa tercapai, KPAI meminta Dinas Pendidikan melakukan evaluasi. Selain itu dinas pendidikan juga diminta memberikan hak yang sama kepada guru untuk bisa berada di rumah.
"Merumahkan anak harus disertai merumahkan gurunya serta kepala sekolahnya. Sehingga ketika 14 hari kemudian, dapat diketahui yang sehat dan yang mungkin tertular sehingga harus dalam pengawasan," kata Retno.
Namun sejumlah guru menganggap kebijakan merumahkan siswanya ini berdampak pada efektifitas belajar siswa. Khususnya untuk sekolah yang tidak memiliki fasilitas komunikasi yang mumpuni. Akhirnya guru terpaksa melakukan kegiatan belajar dengan memberikan tugas, karena tidak bisa berinteraksi dengan siswa yang tak punya fasilitas komunikasi.