2,9 Juta Guru Dinilai Pengamat Tak Berkualitas, Bikin Siswa Stres
Indra Charismiadji menegaskan, rendahnya kualitas guru terlihat jelas saat ini, dengan banyaknya siswa tidak enjoy belajar daring dan semakin jenuh. |
Kebijakan pemerintah agar pembelajaran dilaksanakan jarak jauh atau para siswa belajar dari rumah selama masa pandemi virus corona, mulai menunjukkan dampak negatif. Banyak anak yang stres karena tidak nyaman belajar daring.
Bahkan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan fakta ada ratusan pengaduan yang masuk baik dari orang tua maupun siswa. Semuanya mengeluhkan metode pembelajaran yang bikin anak stres lantaran banyaknya tugas dari guru.
Kondisi ini menurut Pengamat dan Praktisi Pendidikan dari Center for Education Regulations and Development Analysis (CERDAS) Indra Charismiadji bisa terjadi karena mayoritas guru di Indonesia tidak berkualitas. Menurutnya, baik guru PNS maupun honorer, hanya terfokus pada capaian kurikulum. Tidak memikirkan siswa itu nyaman atau malah stres.
"Guru-guru kita itu kualitasnya rendah. Hanya 2,5 persen dari 3 juta guru yang berkualitas. Sisanya 2,9 jutaan tidak bisa mengajar dengan baik," kata Indra yang SekolahDasar.Net kutip dari JPNN (01/05/20).
Indra Charismiadji menegaskan, rendahnya kualitas guru terlihat jelas saat ini, dengan banyaknya siswa yang tidak siap belajar daring. Siswa tidak enjoy belajar dan semakin jenuh. Seharusnya tidak terjadi bila gurunya berkualitas. Menurutnya, kualitas guru dilihat dari inovasi dan bagaimana cara dia siap mengajari siswa di segala situasi. Baik kondisi normal maupun abnormal.
"Di masa pandemi, sekarang terbuka semua kan ya, guru-guru kita kompetensinya rendah terutama dalam penguasaan teknologi. Hanya 2,5 persen yang tidak gagap teknologi. Selebihnya gaptek alias gagap teknologi," kata Indra.
Kondisi ini berbanding terbalik dengan jumlah dana yang dikeluarkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dalam meningkatkan kualitas gurunya. Ditambah lagi dengan masuknya mata pelajaran Teknologi Informasi dalam kurikulum meski hanya sebagai pilihan.
Lihat juga: 7 Fakta Penerapan Belajar di Rumah yang Perlu Diperhatikan Para Guru
"Gemes saya lihat kualitas guru kita. Sudah dikasih pelatihan, tunjangan sertifikasi guru, masih banyak yang gaptek. Ini loh datanya enggak bisa nipu, kelompok yang enggak gaptek itu hanya 2,5 persen. Yang gaptek 97,5 persen loh. Lantas anggaran miliaran hingga triliunan yang sudah dikasi untuk apa kalau gurunya masih gaptek juga," terang Indra.
Menurutnya, rendahnya penguasaan teknologi ini karena pelatihannya tidak berpola dan kualitas pelatihannya juga sangat dipertanyakan. Alhasil dana negara hanya terbuang percuma tanpa hasil yang sesuai diharapkan. Ia mengatakan yang utama guru, jika gurunya hebat, dia dengan mudah bisa mentransfer ilmunya ke siswa dan siswa juga tidak stres dan jenuh.