Siswa Stres Selama Belajar dari Rumah Bukan Karena Guru Gaptek
Siswa stres bukan gara-gara gurunya gaptek tetapi belajar di rumah itu sendiri yang membuat anak-anak stres. |
Ketua Umum forum Guru dan Tenaga Kependidikan Honorer Non-Kategori 35 Tahun ke Atas (GTKHNK 35+) Nasrullah Mukhtar tak terima mayoritas guru di tanah air dikatakan gagap teknologi (Gaptek) di tengah keharusan pembelajaran daring dalam masa pandemi virus corona atau Covid-19.
Menurutnya, tingkat stres siswa selama belajar dari rumah bukan karena gurunya gaptek tetapi juga dipengaruhi kondisi yang berbeda dengan mereka belajar di sekolah. Selain itu, kondisi tersebut juga karena keterbatasan orang tua.
"Siswa stres bukan gara-gara gurunya gaptek tetapi belajar di rumah itu sendiri yang membuat anak-anak stres," kata Nasrullah.
Sebelumnya, tudingan mayoritas guru Indonesia gaptek disampaikan pengamat dan praktisi dari CERDAS (Center for Education Regulations & Development Analysis) Indra Charismiadji. Menurut Indra, karena mayoritas guru di Indonesia tidak berkualitas, banyak siswa yang stres selama belajar dari rumah.
Baik guru PNS maupun honorer dinilainya gaptek dan hanya terfokus pada capaian kurikulum. Menurutnya, kualitas guru dilihat dari inovasi dan bagaimana cara dia siap mengajari siswa di segala situasi. Baik kondisi normal maupun abnormal.
Lihat juga: 2,9 Juta Guru Dinilai Pengamat Tak Berkualitas, Bikin Siswa Stres
Selama program jarak jauh (PJJ) dan belajar dari rumah, siswa seharusnya juga mendapat pendampingan dari orang tua. Sementara para orang tua juga memiliki keterbatasan waktu dan kemampuan karena profesi orang tua bukan sebagai pendidik anak-anak dalam bidang ilmu pengetahuan seperti di sekolah-sekolah.
Dia juga tidak setuju dengan tudingan Indra Charismiadji soal mayoritas guru gaptek. Sebab, di era teknologi sekarang banyak pekerjaan guru yang bersentuhan langsung dengan teknologi. Contohnya, guru dalam pembelajaran banyak menggunakan media elektronik seperti laptop misalnya.
Nasrullah juga mengatakan dalam proses belajar mengajar pun, mulai persiapannya saja para guru sudah menggunakan teknologi. Begitu juga untuk mendapatkan materi pendukung dan pengayaan yang diperoleh lewat sarana IT.
"Model pembelajaran banyak memerlukan IT sehingga guru secara profesionalisme harus mampu menggunakan IT," kata Nasrullah yang SekolahDasar.Net kutip dari JPNN (14/05/20).