Guru Dituntut Hijrah dari LOTS ke HOTS, Begini Cara dan Tipsnya
Menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, guru pun dituntut hijrah dari LOTS ke HOTS. Memang seperti apa? Begini cara dan tipsnya! |
Zaman yang terus berkembang membuat setiap orang harus melakukan penyesuaian. Tak terkecuali para guru alias tenaga terdidik. Demi menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas, kini semakin ramai wacana mengenai para guru yang dituntut pindah dari LOTS ke HOTS. Memang apa maksudnya? Apakah berdampak ke kualitas pendidikan Tanah Air? Mari kita bahas satu-persatu.
Mengenal LOTS dan HOTS
Sejak SBMPTN 2019, sistem tes calon mahasiswa di Indonesia berubah. Di mana materi tes menggunakan dua tipe baru yakni TPS (Tes Potensial Skolastik) dan TKA (Tes Kompetensi Akademik). Materi tes yang baru ini dikembangkan dengan metode HOTS. Supaya siswa siap dengan perubahan ini, seluruh guru di berbagai jenjang mulai SD, harus mengubah metode pengajarannya.
Pengertian LOTS
LOTS merupakan kependekan dari Lower Order Thinking Skills yang berarti keterampilan berpikir tingkat rendah. Lantaran taraf kesulitannya tidak tinggi, pertanyaan dalam soal LOTS sesuai dengan materi yang dibahas oleh guru sehingga bisa dijawab menggunakan rumus yang telah ada. Dalam pola pikir LOTS, pembelajaran fokus pada konsep mengetahui, memahami dan menerapkan.
Menurut Nina Krisna selaku Pendiri dan CEO PIPP Training Teacher, guru dengan metode LOTS akan menyuruh muridnya untuk menghapal. Biasanya pembelajaran LOTS berkutat pada menyebutkan, menjelaskan, menulis, memilih, memasangkan, menggambar dan menunjukkan.
Pengertian HOTS
Kebalikan dari LOTS, HOTS adalah kependekan dari Higher Order Thinking Skills atau keterampilan berpikir tingkat tinggi. Di zaman Merdeka Belajar ini, guru harus pindah ke konsep HOTS. Karena dengan HOTS, para pelajar akan memiliki kemampuan untuk menganalisa, mengevaluasi dan mencipta, selain mengetahui, memahami dan menerapkan saja.
Dengan soal tipe HOTS, pelajar dituntut untuk melakukan penalaran tingkat tinggi sehingga tak fokus pada satu pola jawaban yang diperoleh dari proses hapalan. Karena itu, konsep belajar HOTS dianggap jauh lebih berkualitas apalagi telah menjadi standar di soal-soal internasional. Usia SD dianggap sebagai tahap awal yang paling tepat untuk mengenalkan soal-soal HOTS ini.
Cara dan Tips Agar Guru Bisa Hijrah dari LOTS ke HOTS
Jika sebelumnya pendidikan di Indonesia mengarah ke teacher centered, penerapan HOTS mengharuskan jadi student centered. Tak perlu merasa merepotkan, jika diterapkan dengan tepat, perubahan konsep pembelajaran ini justru meringankan guru. Berikut beberapa tips pengajaran HOTS yang bisa dilakukan guru SD:
1. Berpikiran Terbuka
Guru haruslah berpikir terbuka dalam melihat metode pengajaran dalam dunia pendidikan yang makin berkembang. Tak hanya di Indonesia, guru haruslah memperhatikan kondisi dunia pendidikan global. Bahkan sekalipun Anda guru SD, cobalah banyak mengumpulkan info dan melakukan penyesuaian dari cara belajar-mengajar jenjang SD di luar negeri
2. Tak Melulu Nilai 100
Menerapkan GSM (Gerakan Sekolah Menyenangkan) sebagai platform revolusi pendidikan dari konsep LOTS ke HOTS. Di mana para siswa tidak dituntut untuk untuk meraih nilai 100 dalam ujian, tapi lebih pada membentuk kepribadiannya jadi makin berkarakter sehingga siap menghadapi tantangan
3. Paham Stimulus Soal HOTS
Menurut Idris Apandi selaku penulis buku Strategi Pembelajaran Aktif Abad 21 dan HOTS, ada empat langkah penting dalam membuat stimulus soal HOTS. Yakni menganalisis KD (Kompetensi Dasar) atau IPK (Indikator Pencapaian Kompetensi), menentukan bentuk dan jenis stimulus yang relevan, deskripsi stimulus yang singkat dan padat hingga menyusun pertanyaan.
Lihat juga: Kriteria Guru Profesional untuk Pembelajaran Abad 21
Jika setiap guru sudah menerapkan beberapa tips di atas, tentunya berpindah dari LOTS ke HOTS bukanlah hal yang merepotkan. Apalagi kalau didukung dengan aksi pemerintah yang semakin gencar menggelar pelatihan HOTS bagi para guru, kualitas pendidikan di Indonesia jelas bakal makin memuaskan.