Dampak Buruk Jika Anak Terlalu Lama Belajar dari Rumah
Pandemi Covid-19 di Indonesia membuat anak harus belajar di rumah. Namun Anda juga harus tahu beberapa dampak buruk jika anak terlalu lama belajar dari rumah. |
Sudah lebih dari tiga bulan lamanya, masyarakat Indonesia menghadapi pandemi Covid-19. Sepanjang waktu itu, sekolah menjadi salah satu yang terdampak dan terpaksa tutup. Jika biasanya anak harus belajar ke sekolah, selama pandemi diwajibkan belajar di rumah. Bagus memang, tapi tahukah Anda kalau ternyata ada dampak buruk jika anak terlalu lama belajar dari rumah.
Apalagi saat ini, pemerintah Indonesia sudah mulai melakukan skema new normal sejak awal Juni 2020. Dengan jumlah kasus positif Covid-19 hingga Sabtu (27/6) sore menembus lebih dari 52 ribu kasus, tentunya membuka kembali sekolah bisa sangatlah berisiko.
Lihat juga: Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Covid-19
Sekadar informasi, Tahun Pelajaran 2020/2021 untuk SD (Sekolah Dasar) bakal dimulai pada 13 Juli. Namun tampaknya, kegiatan belajar-mengajar belum akan dimulai hingga Juni-Juli. Jika memang benar, maka anak-anak harus lebih lama belajar di rumah. Kendati dianggap lebih aman, ternyata ada dampak buruk jika anak terlalu lama belajar dari rumah. Seperti apa? Simak ulasannya berikut ini!
1. Komunikasi Tak Efektif
Selama pandemi Covid-19 kemarin, seluruh aktivitas belajar-mengajar memang dilakukan dengan bantuan gawai dan internet. Guru akan menyampaikan materi pembelajaran dan tugas melalui aplikasi online, lalu murid harus mengirimkan hasil pekerjaan lewat internet pula. Terdengar sangat modern, tapi justru ini dianggap membuat komunikasi tak efektif.
Menurut Ria Ratna Dinanti selaku guru SMP Muhammadiyah 1 Jambi, pemberian tugas dan penjelasan materi online ini membuat komunikasi yang terjalin antara guru dan murid, hanya satu arah. Guru-guru dengan materi yang butuh penjelasan mendalam seperti matematika, menghadapi kesulitan dalam menjelaskan contoh soal dan akhirnya murid kurang paham.
2. Dampak Finansial Keluarga
Kendati tidak butuh uang saku ke sekolah, belajar di rumah diakui cukup membuat finansial keluarga bermasalah, terutama dalam hal pembelian kuota internet. Tak hanya kuota internet yang dibutuhkan makin besar, orangtua rupanya tetap harus membayar SPP bulanan sekalipun anak mereka belajar di rumah.
3. Stress dan Depresi
Menurut Renny Permataria S.Psi selaku psikolog RS Siloam Sriwijaya Palembang, terlalu lama belajar di rumah mempengaruhi emosional anak, terutama bagi anak-anak SD yang sedang menuju kematangan. Jika di sekolah mereka lebih bebas berekspresi dan membentuk karakter diri, tidak dengan belajar di rumah.
Lantaran merasa terkekang dan sulit berekspresi, bisa membuat anak stres. Stress berkepanjangan memicu buah hati jadi depresi. Biasanya salah satu gejala depresi adalah mood swing.
4. Sulit Bersosialisasi
Dona Matthews, PhD., selaku psikolog tumbuh kembang anak menjelaskan bahwa anak yang terlalu sering belajar di rumah tidak memiliki kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain yang mempunyai karakter berbeda. Hal inilah yang bisa memuat mereka sulit bersosialisasi dan jadi masalah kalau pembelajaran kembali ke sekolah.
5. Masalah Kesehatan
Banyak orangtua yang mengeluh bahwa selama belajar online, tugas yang diberikan guru sangat banyak. Tugas yang menumpuk ini membuat anak harus berjam-jam di depan gawai. Padahal menurut penelitian Universitas Oxford, durasi ideal untuk beraktivitas online adalah sekitar empat jam dalam sehari.
Ketika anak terlalu lama memandang layar smartphone, laptop atau tablet, bisa memicu gangguan mata seperti rabun jauh dan mata lelah. Anak juga berpeluang mengalami obesitas karena kurang gerak.
Nah, karena dampak buruk anak terlalu lama belajar di rumah cukup banyak, orangtua tentu harus bijaksana. Misalkan saja orangtua menemani anak belajar, membantunya mengerjakan tugas, menyediakan makanan dan minuman bernutrisi hingga tetap memintanya beristirahat sejenak. Dengan begitu anak akan tetap sehat sekalipun #DiRumahAja.