Guru Seharusnya Mencari Potensi Anak, Bukan Memvonis Pintar dan Bodoh
Guru seharusnya mencari potensi anak bukan malah memvonis pintar dan bodoh ke murid mereka. |
Guru adalah manusia biasa. Mereka juga akan merasakan yang namanya kesal dan kehilangan kesabaran, saat muridnya berperilaku nakal. Namun dalam kondisi seperti demikian, seorang guru tidak boleh menyebut muridnya pintar atau bodoh karena hal itu bisa memicu kecemburuan sosial. Lebih lagi jika si murid berulang kali dihina tidak pintar, sulit paham pelajaran, atau bahkan tolol.
Lihat juga: Cara Mengajar di Kelas yang Muridnya Luar Biasa Nakal
Alih-alih menyalahkan murid yang sulit memahami pelajaran dan cuma fokus memuji siswa yang pintar, guru seharusnya menggali potensi anak didik. Mantan Mendikbud Muhadjir Effendy pernah berkata bahwa tidak ada anak bodoh di sekolah. Murid yang sulit memahami pelajaran adalah tantangan bagi para guru untuk mencari kecerdasan dan mengembangkan bakat terpendam mereka.
Senada dengan Muhadjir, Prof.Dr.Sudjarwo selaku Guru Besar FKIP Unila juga sempat berkomentar bahwa guru harus mempunyai kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif, supaya bisa mencari tahu minat dan bakat murid. Dengan demikian, guru tidak akan langsung memvonis anak didik mereka sebagai sosok yang pintar atau bodoh karena bisa mempengaruhi mental.
Disebut Bodoh, Bikin Murid Trauma
Ada banyak sekali guru-guru yang tidak bisa menahan emosi dan terlalu kesal, sehingga mengucap kata-kata negatif. Apalagi untuk guru Sekolah Dasar (SD) yang masih bertanggung jawab terhadap anak-anak usia muda dan sulit sekali dikontrol. Seperti yang diketahui, anak-anak SD lebih sering tidak mengerjakan tugas dan memilih bermain serta gaduh di kelas.
Jika dibiarkan, guru yang mengucap kata negatif akan berbekas pada kejiwaan murid. Dari kutipan Amirudin Mahmud selaku pendidik di SDN Unggulan Srengseng I Indramayu, kondisi demikian disebut sebagai Paralyzing Experiences. Istilah yang ditemukan Thomas Armstrong ini merujuk pada pengalaman memalukan yang memicu respon negatif dalam waktu lama, untuk situasi yang sama.
Peran Guru Dalam Menemukan Potensi Murid
Untuk bisa menjadi seorang guru yang mampu menggali potensi murid, tentu bukanlah sebuah pekerjaan mudah. Namun hal itu tidaklah mustahil bagi seorang guru yang memang memiliki peran sangat penting bagi pendidikan anak, terutama jenjang SD. Berikut beberapa cara yang bisa coba dilakukan:
1. Ajak Berpikir Positif
Guru yang baik akan selalu menghargai usaha anak didiknya. Jangan pernah sekalipun seorang guru meremehkan karya murid, karena itu akan membuat mereka selalu berpikir negatif dan merasa salah. Guru harus menanamkan betul cara berpikir positif dan berprasangka baik, supaya mereka menyadari kalau dirinya berharga.
2. Kenali Potensi Diri Murid
Setiap anak memiliki potensi yang berbeda dan tidak sama. Untuk itulah, guru harus bisa mencoba mengenali potensi masing-masing siswa. Bagaimana caranya? Kenalkan mereka dengan berbagai mata pelajaran dan hobi, lalu lihat pada bidang apa yang begitu membuat mereka tertarik dan semangat menjalaninya.
3. Berikan Ruang Berekspresi
Jika murid sudah belajar untuk senantiasa berpikir positif dan memahami potensi dirinya, maka guru bisa memberikan ruang untuk mereka berekspresi. Misalnya saja dengan memintanya bergabung ke ekstrakurikuler pramuka, berenang, melukis, menari atau bidang akademis seperti matematika dan bahasa Inggris.
4. Selalu Beri Motivasi
Nah terakhir, guru haruslah senantiasa memberi motivasi. Kalimat-kalimat pujian dan penuh semangat saat mereka gagal, akan membuat murid tetap semangat dan pantang menyerah. Sifat tidak takut atas kegagalan inilah yang akan membuat murid jadi pribadi yang bermental baja dan siap untuk meraih kesuksesan.
Jika semua guru paham cara menggali bakat murid, tentu tak akan ada lagi murid yang merasa bodoh atau rendah diri. Dengan demikian, proses belajar-mengajar bisa terlaksana dengan lancar dan kualitas pendidikan pun meningkat.