Jika Pembelajaran Jarak Jauh Dipermanenkan Akan Terjadi Bencana Kebodohan
Apa sudah dipikirkan bagaimana dengan kuota internet guru dan siswa? Kan itu masih barang yang mahal |
Wacana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim untuk mempermanenkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) dinilai masih terlalu dini. Menurut Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidkan Indonesia (JPPI) Ubaid Matraji, jika pembelajaran jarak jauh dipaksakan dengan kondisi apa adanya seperti sekarang, pasti akan terjadi bencana di dunia pendidikan.
Lihat juga: Dampak Buruk Jika Anak Terlalu Lama Belajar dari Rumah
"PJJ dipaksa untuk dipermanenkan akan membuat mutu pendidikan menurun dan bencana kebodohan di depan mata. Bonus demografi pun hanya akan jadi bencana bagi Indonesia karena generasi mudanya banyak yang bodoh akibat sistem pendidikan yang salah," tutur Ubaid.
Menurut Ubaid terlalu dini bila pembelajaran jarak jauh dari rumah dipermanenkan karena banyak sekolah yang belum siap. Begitu juga guru-gurunya belum siap dengan metode pembelajaran jarak jauh yang terpaksa dilakukan guru karena adanya pandemi irus corona atau Covid-19. Belum lagi infrastruktur internet juga tidak memadai, selain kurikulumnya belum mengatur metode PJJ.
"Apa sudah dipikirkan bagaimana dengan kuota internet guru dan siswa? Kan itu masih barang yang mahal," kata Ubaid yang SekolahDasar.Net kutip dari JPNN (07/07/20).
Pemerintah, lanjutnya, harus kerja keras untuk menambal kekurangan-kekurangan tersebut. Mengandalkan dana pendidikan yang 20 persen dari APBN tidak cukup. Itu sebabnya Pemda harus serius di sektor ini. APBD harus juga mengalokasikan untuk pendidikan minimal 20 persen di luar dana transfer dari pusat.
"PJJ (pembelajaran jarak jauh) selama tiga bulan tidak efektif dan hanya administratif belaka. Ini berdampak pada kualitas pendidikan yang akan merosot tajam. Anak-anak hanya diberikan tugas oleh guru, yang mengerjakan orang tua. Alhasil anak-anak malah makin bodoh," kata Ubaid.
Seharusnya penerapan metode pembelajaran jarak jauh dari rumah dievaluasi terebih dulu. Ia juga meminta agar Kemendikbud segala sesuatunya disiapkan, supaya tidak terjadi lagi. Jangan kesalahan yang sama terus diulang-ulang sehingga dapat memperburuk kualitas pendidikan Indonesia.
Sebelumnya, Mendikbud mengatakan metode PPJ nantinya bisa diterapkan permanen seusai pandemi Covid-19. Menurutnya, pemanfaatan teknologi akan memberikan kesempatan bagi sekolah melakukan berbagai macam modeling kegiatan belajar. Pelaksanaan pembelajaran jarak jauh selama pandemi Covid-19 membuktikan guru dan murid melakukan berbagai macam efisiensi.
"Setelah pandemi ini, ada beberapa hal perubahan struktural yang akan berdampak kepada peta jalan pendidikan kita, dan kepada sistem pendidikan kita. Yang pertama adalah pembelajaran jarak jauh ini akan merupakan menjadi sesuatu yang permanen, bukan pembelajaran jarak jauh saja yang pure, tapi hybrid mode menurut saya adaptasi terhadap teknologi itu pasti tidak akan kembali lagi," kata Mendikbud.
Ia menilai, para guru dan orangtua akhirnya mencoba beradaptasi dan bereksperimen memanfaatkan teknologi untuk kegiatan belajar. Ini merupakan sebuah tantangan dan ke depan akan menjadi suatu kesempatan untuk pendidikan Indonesia.