Kenali Anak Sebelum Memaksannya Hidup Mandiri
Cara mengembangkan karakter mandiri pada anak. |
Semua orangtua tentu ingin anaknya yang semakin beranjak usia anak menjadi remaja dapat hidup mandiri. Untuk itu, anak perlu dilatih untuk melakukan segala hal sendiri, tidak dilayani seperti dahulu. Ini bertujuan supaya anak bisa mengenal lebih jauh arti kehidupan yang sebenarnya.
Untuk mengajarkan hidup mandiri, sebenarnya dapat dimulai ketika anak mulai masuk ke usia sekolah. Jangan hanya mengandalkan sekolah, Pasalnya hidup mandiri ini juga membutuhkan kesiapan yang lebih matang. Tidak hanya sebatas meninggalkan anak seorang diri untuk bertahan hidup atau tidak bergantung dengan orang lain.
Supaya dapat mengembangkan karakter mandiri pada anak, sedikitnya orangtua perlu mengenali lima ciri dari anak yang belum siap untuk hidup mandiri. Agar lebih jelas, berikut ulasan ciri-ciri anak yang belum siap untuk belajar hidup mandiri. Selebihnya orangtua dapat terus membiasakan anak sehingga siap hidup mandiri.
5 Ciri Anak Belum Siap Hidup Mandiri
1. Anak belum memiliki niat atau belum mampu mengambil keputusan sendiri
Anak yang menginjak remaja yang masih mencari jati dirinya seringkali melakukan apapun tanpa ada niat yang jelas. Semua yang dilakukan dapat berjalan di luar dari perkiraannya. Sama halnya dengan belajar hidup mandiri, jika niat masih sebatas setengah-setengah makan sulit tercapai.
Belajar hidup mandiri tidak hanya sebatas belajar hidup seorang diri, namun juga memiliki kepercayaan diri. Anak memiliki keyakinan dalam mengambil keputusan dan memiliki niat awal dalam menentukan kehidupan. Tanpa adanya niat kuat, hidup mandiri mungkin hanya akan bertahan dalam hitungan hari.
2. Tidak memiliki keberanian untuk melakukan dan takut mengambil risiko
Mengajarkan anak untuk melakukan segalanya secara sendiri penting untuk membuat anak mandiri. Sebaiknya orangtua mulai sangat sedikit atau bahkan tidak ada campur tangan untuk memudahkannya.
Keberanian anak dalam mengambil risiko sangatlah dibutuhkan. Anak juga belum siap hidup mandiri jika anak tidak memiliki keberanian dalam melakukan banyak hal. Karena, kemandirian juga berarti melawan rasa takut dalam mengambil keputusan seorang diri.
3. Anak masih ada keinginan untuk bergantung pada orang-orang terdekat
Anak mungkin dapat memaksakan dirinya untuk bisa hidup mandiri ketika usianya bertambah. Namun jika tidak dibarengi lepasnya ketergantungan pada orang-orang terdekatnya itu jadi sia-sia. Tdak ada salahnya meminta bantuan dari orang lain, namun bagi anak yang ingin belajar mandiri seharusnya hal-hal ini dapat dikurangi.
Belajar untuk mandiri seharusnya mengajarkan anak untuk lebih sedikit meminta bantuan dari siapapun. Anak harus bisa belajar sendiri untuk menyelesaikan segala jenis permasalahan yang dapat menghambat kelancarannya dalam menjalani hidup.
4. Anak masih menjadi seorang yang pemalas dan seringkali mengeluh
Jika anak terbiasa dengan rasa malas, pasti akan sulit untuk menjalani hidup seorang diri. Karena banyak hal yang harus dilakukan setiap harinya demi masa depannya. Jika yang dilakukannya hanya bermalas-malasan, hidup mandiri hanya akan menjadi mimpi yang tidak akan terwujud.
Jika anak masih suka bermalas-malasan di kesehariannya itu berarti ia sangat tidak siap untuk hidup mandiri. Bagi anak yang telah siap untuk mandiri, anak tidak memiliki waktu malas. Ia cenderung lebih rajin dan produktif karena banyak hal dilakukan setiap harinya.
5. Anak belum mampu memotivasi dirinya sendiri
Mengajarkan hidup mandiri pada anak memang tak semudah yang dibayangkan. Terutama ketika anak mengalami stres dan kesedihan. Anak bisa dikatakan belum siap untuk hidup mandiri jika ia belum dapat memotivasi diri sendiri ketika dalam kondisi terpuruk.
Melakukan segalanya sendirian juga bisa membuat hidup anak terasa sangat hampa dan mengalami kebosanan. Bangkit dari kesedihan dan tekanan memang tidak mudah, butuh kemampuan menguatkan diri yang hanya bisa didapatkan dari masing-masing pribadi anak.
Itulah beberapa ciri dari anak yang belum siap untuk hidup mandiri. Meski hidup mandiri butuh sedikit memaksakan diri, bukan berarti mengabaikan kesiapan anak. Kuncinya ada pada orangtua yang lebih banyak memberi kesempatan pada anak dan tak banyak melarangnya.