Ciri Anak Kecanduan Game Online dan Cara Mengatasinya
Selain jam bermain game makin meningkat, ciri anak yang kecanduan game online adalah mudah marah. |
Sebagai orang tua, Anda harus mulai waspada jika anak bermain game online setiap hari sampai lupa waktu. Apalagi susah jika disuruh berhenti memegang gadget-nya dan terus-terusan bermain game online tanpa mempedulikan perintah orang tua.
Tahukah Anda? Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memasukkan Gaming Disorder (GD) dalam edisi terbaru International Klasifikasi Penyakit. Ini sesuai keputusan American Psychiatric Association untuk memasukkan game online dalam edisi terbaru Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental.
Seorang yang sudah terjangkit Gaming Disorder (GD) akan membiarkan kehidupanya hanya untuk bermain video game dan mengabaikan pada minat hidup serta kegiatan sehari-hari. Dampaknya, terjadi penurunan signifikan dalam kehidupannya. Mulai dari urusan pribadi, keluarga, sampai sosial.
Ciri Anak Yang Kecanduan Game Online
Anak yang kecanduan game ditandai dengan frekuensi bermainnya lebih dari tiga kali dalam satu minggu. Setiap kali bermain sampai lebih dari dua jam. Sehingga anak tidak dapat belajar, bermain, bahkan tidur, jika belum bermain game online.
Selain jam bermain game makin meningkat, ciri-ciri anak yang kecanduan game online adalah mudah marah. Anak akan menunjukkan permusuhan dan perasaan marah jika jam bermain game nya dikurangi atau dihentikan. Anak yang kecanduan game akan sulit bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya.
6 Cara Untuk Mengatasi Anak yang Kecanduan Game Online
Anak yang sudah kecanduan game online bisa lupa waktu, lupa makan, bahkan lupa untuk bersosialisasi dengan teman dan keluarga. Untuk itu, orang tua perlu melakukan tindakan preventif untuk mengatasi kecanduan bermain game online pada anak.
1. Meluangkan waktu dengan anak dan mengajaknya bicara
Orangtua bisa meluangkan waktu dan ajak anak bicara baik-baik. Anda juga dapat membuat kesepakatan dengan anak kalau mereka hanya bisa bermain game di waktu tertentu. Selebihnya, orang tua bisa mengajak anak untuk saling dekat dengan bermain bersama teman dan berinteraksi dengan orang lain.
2. Menghindari perilaku otoriter
Jangan coba menghentikan kebiasaan buruk anak ini dengan mengambil paksa gadget yang anak pegang saat bermain game. Hindari melarang dengan cara seperti itu. Pada kenyataannya, tindakan itu hanya menghentikan sementara, tapi anak akan semakin “lebih berani” dan balik memusuhi.
3. Jangan langsung melarang
Perlu diingat, jangan melarang total anak untuk menggunakan gadget karena anak banyak akal. Tentu dia akan melakukan segala cara agar keinginannya tercapai. Semakin dilarang, maka ia akan mencari cara supaya tetap bermain tanpa ketahuan. Jika anak bermain game di luar, orang tua tidak bisa mengawasi apa yang dilakukannya.
4. Mengalihkan perhatian anak
Coba alihkan perhatian anak dengan memberikan kegiatan padanya seperti les renang, karate, bahasa, dan musik. Lalu setelahnya mengajaknya jalan-jalan tanpa sehari memegang gadget. Sediakan mainan fisik yang bisa dimainkan, misalnya seperti mobil-mobilan dan boneka. Dengan begitu bisa mengalihkan pikiran anak terhadap game.
5. Seleksi game
Ada banyak game edukatif yang sesuai dengan usia anak. Game yang bisa merangsang daya nalar, pengetahuan, menghibur, imajinasi dan kreatifitas anak. Hindari game yang mengandung kekerasan seperti adegan orang berkelahi. Game yang “sehat” bisa membuat anak semakin banyak belajar berbagai macam pengetahuan, bukan mengubah perilakunya jadi negatif.
6. Mencoba terapi kognitif behavioral
Cara terakhir mengatasi anak yang kecanduan game online adalah terapi kognitif behavioral. Terapi ini berguna untuk membantu anak memaknai apa yang mereka dapat dari kecanduannya terhadap hal tertentu dan mendorong mereka untuk melakukan kebiasaan baru yang lebih positif. Anak juga dibantu untuk menganalisis bahwa game online bukan suatu hal yang penting dalam hidup mereka.
Semakin muda anak dan pergaulan yang bebas semakin rentan anak terhadap efek negatif game dan kecanduan game. Anak-anak di bawah usia 10 tahun sangat rentan mengikuti perilaku agresif dari video game. Untuk itu perlunya pengawasan dari orangtua agar anak tidak berlebihan dan menjadi ketergantungan pada game online.