Pembelajaran Jarak Jauh Akibatkan Anak Putus Sekolah Meningkat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyebutkan, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) akibat pandemi COVID-19 memiliki dampak tidak menggembirakan pada keberlangsungan sekolah siswa. Salah satunya, putus sekolah.
"PJJ akibat pandemi COVID-19 memang berdampak pada anak, dampaknya ada yang putus sekolah, kalau ditanya berapa jumlahnya? Saya belum bisa memberikan datanya karena datanya di Dapodik dan 'cut off' nya dua kali dalam setahun," ujar Pelaksana Tugas Direktur SMA Ditjen PAUD Dikdasmen Kemendikbud, Purwadi.
Dia menambahkan, di Nusa Tenggara Barat ada laporan mengenai anak SMA yang putus sekolah dan memutuskan menikah. Karena, dia menganggap tugas sekolah terlalu berat dan berasal dari keluarga miskin.
"Siswa tersebut dengan menikah, maka persoalan ekonominya dapat teratasi karena ada suaminya yang menanggung hidupnya," kata Purwadi yang SekolahDasar.Net kutip dari Republika (18/04/2021).
Menurutnya Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas merupakan solusi dari PJJ yang berkepanjangan. PJJ berkepanjangan juga membuat sebagian siswa merasa tertekan karena banyaknya tugas yang diberikan. Sebagian besar siswa juga jenuh melakukan PJJ.
Dalam pelaksanaan PTM terbatas, lanjut dia, sekolah harus bekerja sama dengan dinas pendidikan setempat. Jika ditemukan kasus positif COVID-19, maka sekolah harus ditutup.
Lihat juga : Memasuki Tahun Kedua Pandemi, Dunia Pendidikan Berada di Titik Kritis
Selain itu guru merasa kesulitan melihat langsung perkembangan siswa, karena pembelajaran dilakukan di rumah. Hubungan batin antara guru dan siswa menjadi berkurang akibat pembelajaran secara online atau daring.