Seseorang Hanya Butuh untuk Menjadi Dirinya Sendiri, Janganlah Membanding-bandingkan Siswa
Tak jarang, orangtua atau guru suka membanding-bandingkan siswa satu dengan yang lain. Bahkan orangtua di rumah terkadang juga sering membandingkan anaknya dengan anak tetangga lain.
Sehingga harapan anak bisa berubah kapan saja, bahkan sampai mengikuti jejak atas keberhasilan anak yang lain. Padahal membandingkan dengan orang lain bisa memicu terjadinya kesehatan mental terganggu.
Akibatnya siswa akan merasa kurang percaya diri ketika bertemu dengan orang lain. Oleh karena itu, berhentilah untuk membandingkannya.
Berhenti untuk Membanding-bandingkan Siswa Satu dengan yang Lain
Sikap membandingkan diri bukanlah suatu hal yang baik untuk selalu dipelihara dalam kehidupan. Sebab, kebiasaan ini bisa menimbulkan dampak buruk terutama mengganggu kesehatan mental seseorang.
Karena setiap siswa pasti memiliki bakat atau kemampuan berbeda dari satu dengan yang lain. Hanya karena anak tidak mampu melakukan kegiatan, jangan seenaknya untuk menghakiminya.
Jangan sampai sikap membanding-bandingkan itu terlontarkan dari mulut. Karena jika siswa mendengar kata-kata jika dirinya dibandingkan dengan siswa lain tentunya akan membuatnya merasa minder dan tertekan.
1. Tidak Bisa Mengembangkan Kemampuan Anak
Sikap membanding-bandingkan siswa satu dengan yang lain sebenarnya tidak boleh dilakukan. Karena hal ini bisa membuat anak tidak mampu untuk terus mengembangkan kemampuannya.
Menurut Ratih Zulhaqqi selaku psikologi anak dan remaja, ia menyampaikan bahwa motivasi anak tidak bisa efektif jika dibandingkan dengan anak lain. Jangankan dengan temannya, kakak dan adik saja pasti juga memiliki kemampuan dan sifat berbeda.
Oleh karena itu, sangat tidak bijak apabila orangtua selalu menuntut anak agar bisa menjadi lebih sempurna. Bahkan dituntut agar bisa memiliki kemampuan seperti anak yang lain.
2. Tumbuh Tidak Sempurna
Salah satu efek membanding-bandingkan siswa satu dengan lainnya bisa terlihat dalam jangka yang panjang. Sehingga anak akan tumbuh dengan tidak melihat kemampuannya sendiri.
Selain itu, anak juga akan merasa bahwa dirinya lebih buruk daripada anak yang lain di lingkungan sekitar terutama sekolah. Ini akan mengakibatkan sang anak tidak memiliki rasa percaya diri.
Saat siswa dipaksa agar melakukan kemampuan yang belum bisa ia kuasai, tentu akan membuatnya merasa tertekan. Sehingga bisa menyebabkan anak menjadi stress.
Nah, sebagai orangtua atau guru, sebaiknya mengarahkan siswa yang benar. Bukan untuk memaksanya agar menjadi seperti anak-anak yang lain.
3. Melalui Tahap Belajar Dahulu
Seperti penjelasan psikologi di atas, yakni kita sebagai orang dewasa jika diberi pekerjaan yang kita tidak bisa, pasti kita tidak akan mampu. Harus dalam tahap belajar dulu dan tidak memaksakan diri.
Begitu juga sebaliknya, sikap membanding-bandingkan siswa dengan yang lain akan membuat anak tertekan. Bahkan anak juga akan menjalani kehidupannya tidak dengan rasa suka dan bahagia.
4. Kebiasaan Membandingkan Diri
Menurut Leon Festinger yakni seorang pencetus teori perbandingan sosial bahwa sebagai makhluk sosial kita membutuhkan penilaian dari lingkungan. Mulai dari penilaian seputar kesuksesan diri, penampilan fisik, hingga kemampuan sosial.
Sebagai contoh, ada seorang siswa yang sedang mendengarkan cerita dari gurunya tetapi tidak mau menyimak. Lantas jangan langsung dikatakan bahwa anak tersebut sangat bandel dan nakal.
Lihat juga : 5 Ungkapan Semangat untuk Anak yang Membuatnya Lebih Berarti
Kemungkinan besar sang anak tersebut sedang membutuhkan pendekatan yang berbeda dari yang lain. Karena setiap anak memiliki cara belajar yang berbeda seperti visual, audio, dan kinestetik untuk gerak terus.
Sebagai orang dewasa, sebaiknya kita jangan membanding-bandingkan siswa satu dengan yang lainnya. Sebab hal seperti ini bisa berdampak buruk bagi kesehatan anak, terutama mental.