Perbedaan Kurikulum Prototype dengan Kurikulum 2013 untuk Sekolah Dasar
Salah satu kurikulum yang akan diterapkan untuk pembelajaran mulai tahun 2022 sampai 2024 pada jenjang SD (sekolah dasar) dan sederajat yaitu Kurikulum Prototype. Kurikulum baru ini mempunyai sedikit perbedaan karakteristik dengan kurikulum sebelumnya.
Sekolah diberikan pilihan apakah akan menggunakan Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat, atau Kurikulum Prototype. Dilansir SekolahDasar.Net dari website resmi Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Karakteristik Kurikulum Prototipe di SD adalah sebagai berikut:
Penguatan kompetensi yang mendasar dan pemahaman holistik:
1. Untuk memahami lingkungan sekitar, mata pelajaran IPA dan IPS yang awalnya dipisah, pada kurikulum baru digabungkan sebagai mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS)
2. Integrasi computational thinking dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPAS, Bahasa Inggris sebagai mata pelajaran pilihan.
3. Pembelajaran berbasis proyek untuk penguatan profil Pelajar Pancasila dilakukan minimal 2 kali dalam satu tahun ajaran.
Pada Kurikulum 2013 terdapat Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang merupakan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa setelah melalui proses pembelajaran. Sementara pada Kurikulum Prototipe ini dikenal dengan istilah Capaian Pembelajaran (CP) yaitu rangkaian pengetahuan serta keterampilan dan sikap sebagai suatu kesatuan proses yang berkelanjutan sehingga dapat membangun kompetensi yang utuh. Dengan begitu, asesmen pembelajaran yang dikembangkan oleh guru harus mengacu pada capaian pembelajaran yang sudah ditetapkan.
Selama ini pada jenjang SD menggunakan pembelajaran dengan pendekatan tematik, sedangkan pada kurikulum prototipe tidak diwajibkan dilaksanakan. Sehingga pada jenjang SD kelas 4, 5 dan 6 tidak harus menggunakan pendekatan tematik dalam melakukan pembelajaran. Guru boleh menggunakan pembelajaran berbasis mata pelajaran.
Lihat juga: Perbedaan Pembelajaran Kolaboratif dan Konvensional
Kurikulum prototipe juga memberikan sekolah keleluasaan dalam menerapkan model pembelajaran kolaboratif untuk masing-masing mata pelajaran juga membuat asesmen lintas mata pelajaran berupa asesmen sumatif yang berbentuk proyek atau penilaian berbasis proyek.
Pembelajaran berbasis proyek sangat penting dalam mengembangkan karakter karena akan memberi kesempatan untuk belajar melalui pengalaman atau experiential learning serta mengintegrasikan kompetensi ensial yang dipelajari oleh siswa dari masing-masing disiplin ilmu. Untuk anak-anak SD dapat melakukan dua kali penilaian proyek dalam satu tahun pelajaran, ini bertujuan sebagai penguatan profil pelajar pancasila.